Beberapa hari lalu saya ceramah subuh di Mesjid Raya Makassar. Di samping saya, duduk seseorang yang saya tahu kemudian bernama Syekh Abdul Azis, berperawakan tinggi-besar dan tampan. Awalnya saya berpikir dia adalah orang Palestina yang biasa datang ke Indonesia menggalang dukungan, baik dukungan doa, maupun dana. Ternyata dia adalah imam yang didatangkan langsung oleh Bosowa Group dari Arab Saudi.

Subuh itu Syekh Abdul Azis menjadi imam kami di masjid Raya. Saya persis berdiri di belakangnya. Saat imam memulai takbir, tiba-tiba datang seekor kucing  yang cukup  bersih dan  masuk ke area imam, berbaring di dekat kaki imam. Saya cukup kawatir jika kehadiran kucing itu mengganggu.  Saya ingat kucingku di rumah jika saya shalat, dia juga suka mendekat, hanya dia biasa berbaring  persis di atas sajadah tempat sujud. Jika saya usir saat sujud, dia menyingkir, tapi kadang dia marah dan  bisa menggigit kaki.  

Dugaan saya keliru, ternyata kucing itu dengan begitu khusyu ikut mendengarkan bacaan imam yang sangat luar biasa; jernih, fashih, dan enak didengar. Saya, dan tentu semua Jemaah merasakah aura dan nuansa bacaan Imam yang sangat indah dan meresap di dalam hati. Didukung dengan soundsystem yang berstandar, kami menikmati bacaan imam di subuh itu sebagaimana kucing itu juga menghayati bacaan demi bacaan, ayat demi ayat yang dilantukan. Imam membaca QS. al-Haqqah, surat ke 69 yang menceritakan tentang keadaan surga dan negara. Sesekali terdengar suara imam bergetar (menangis) saat membaca ayat.

Ketika imam selesai memimpin shalat, diakhiri dengan salam kedua, kucing yang berada di samping imam itu pun berdiri dan pergi meninggalkan kami lewat depan. Saya pun tidak tahu ke arah mana kucing itu melangkah. Dia hanya mengeong sekali, yang  artikan itu sebagai ungkapan terimakasih. Saya hanya berpikir, kucing yang kadar akalnya tidak seperti manusia saja, begitu menghayati ayat-ayat yang dibacakan. Bagaimana dengan manusia (muslim)? Adakah mereka abai dengan al-Quran? 

Prof, Dr. Ir. H. M. Ali Hasymi, MS, MS menyampaikan riset di bidang kesehatan bahwa orang-orang yang sering membaca al-Quran memiliki kualitas penglihatan yang bagus hingga masa tuanya. Ini disebabkan adanya keseimbangan proses relaksasi dan pergerakan mata di setiap harinya. Karena al-Quran itu menggunakan bahasa Arab, maka otomatis pergerakan mata manusia mulai dari kanan ke kiri saat membaca al-Quran. Ini kata Prof. Ali Hasymi merupakan gerakan penyeimbang ketika manusia banyak membaca huruf latin (buku. Koran, dll) yang ditulis dari kiri ke kanan, dan otomatis membaca pun dari kiri ke kanan.  Tentu masih banyak manfaat membaca al-Quran ditinjau dari sisi medis dan ilmu lainnya.

Terlepas dari itu semua, al-Quran memang hadir untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi referensi kehidupan dalam membangun peradaban manusia, peradaban yang tidak meninggalkan Tuhan dalam dinamikanya. Peradaban yang mengintegrasikan  pendekatan bayani, burhani dan irfani.

Berbanggalah umat Islam memiliki kitab suci yang merupakan mujizat agung yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Jangan biarkan al-Quran berteman debu-debu di rak lemari, atau kumuh tanpa tersentuh. Jadikan ia sebagai pelita hidup.

Selamat menunaikan ibadah puasa