Gambar KESEDERHANAAN DAN SENSITIVITAS SANG RASUL

Salah satu alasan mengapa Nabi Muhammad masih sangat dicintai oleh ratusan juta manusia, terlepas dari permusuhan dan propaganda yang tiada henti, dan mengapa orang-orang di seluruh dunia memeluk Islam setiap harinya, adalah bahwa dia melaksanakan apa-apa dia khotbahkan. Misalnya, dia mengajak orang-orang untuk menyembah Allah secara tulus dan dia sendiri adalah contoh terbaik penyembahan seperti itu. Dia menghabiskan lebih dari separuh malamnya dalam shalat, menangis, dan merendahkan diri. 

Ketika ditanya mengapa dia melakukannya begitu lama hingga kakinya bengkak, meskipun dia sudah dijamin maksum (tidak berdosa), dia menjawab, "Haruskah aku menjadi hamba yang tak bersyukur kepada Allah?" (HR. Bukhari Muslim)  

Aisyah menceritakan bahwa suatu malam Rasul minta izin dirinya untuk bangun dan shalat. Dia sangat sensitif terhadap hak-hak istrinya sehingga dia minta izin untuk melaksanakan shalat sunnah. Dia shalat sampai fajar merekah dan meneteskan air mata. Dia seringkali membaca ayat pada QS. Ali 'Imran:190-194 (Tafsir Ibn Kathir)

Sekali lagi, Aisyah menceritakan:

Aku bangun pada suatu malam dan tidak melihat Rasulullah di sampingku. Aku cemburu, kalau-kalau dia pergi menemui istri yang lain. Saat aku bangun dari tempat tidurķu, tanganku menyentuh kakinya. Aku perhatikan dia sedang sujud dan berdoa, "Ya Allah aku berlindung kepada Ridha-Mu dari murka-Mu, dan dalam Ampunan-Mu dari hukuman-Mu; aku juga berlindung kepada Diri-Mu dari Engkau, Aku tidak dapat memuji-Mu sebagaimana Engkau memuji Diri-Mu sendiri." (HR. Muslim, Abu Dawud)

Kehidupannya sangat sederhana sehingga suatu ketika Umar melihatnya dan berkata, Ya Rasulullah, raja-raja tidur di sofa, ranjang-ranjang bulu, sedangkan engkau tidur di tikar kasar. Engkau adalah Rasulullah dan karena itu layak mendapatkan hidup yang enak ketimbang orang lain." Rasulullah menjawab, “Apakah engkau tak setuju kalau kemewahan dunia adalah milik mereka dan kemewahan akhirat adalah milik kita?" (HR. Bukhari Muslim) 

Rasulullah hidup untuk orang lain. Dia menginginkan hidup yang nyaman untuk umatnya, asalkan umatnya tidak disesatkan oleh daya tarik dunia, namun dirinya sendiri menjalani hidup yang sangat sederhana.