Ada beberapa tulisan yang menjadi catatan saya yang tidak lagi/susah ketemu sumbernya. Tulisan itu dibuang sayang. Eh, jadi ingat salah satu program radio swasta di Makassar. Paling tidak, menjadi pengingat...
Kematian.... Inilah pertanyaan terbesarku. Mengapa aku takut pada kematian? Ibnu Sina, sang ahli kedokteran yang juga filsuf dan mistikus Muslim pernah juga membahas tentang kematian.
Menurutnya ada beberapa hal yang membuat manusia takut pada kematian di antaranya: pertama, karena ketidaktahuan tentang kematian. Ini terjadi karena kita tidak banyak membahas tentang kematian sehingga kita punya pandangan-pandangan yang keliru tentang kematian. Aku sepakat sekali.
Kedua, karena ketidakpastian setelah kematian. Ini pun karena minimnya info tentang alam di balik kematian.
Ketiga, karena asumsi bahwa hidup berakhir setelah kematian. Ini umumnya diidap oleh orang-orang rasional yang tak percaya alam akhirat.
Keempat karena ketakutan pada hukuman di neraka. Oiya, tampaknya di sinilah ketakutanku berada. Gambaran neraka yang ada di buku-buku cerita yang kubaca ketika kecil dulu begitu dahsyatnya hingga terbawa-bawa sampai sekarang. Beribadahku pun akhirnya lebih banyak dilandasi oleh ketakutan pada neraka itu sendiri dibanding semata-mata untuk mengenal yang diibadahi. Tapi kemudian aku memutuskan untuk tak berada pada level ini. Tidak asyik.
Nampaknya, yang paling enjoy dalam menghadapi kematian ini adalah para mistikus. Rumi misalnya pernah bersenandung,
Kau telah hidup lama nian sebagai sebongkah batu. Lalu agaknya kau menjadi sebuah tanaman dan lupa tentang semua itu. Kau kemudian hidup lama nian sebagai sebuah tanaman.
Lalu agaknya kau menjadi seekor binatang dan melupakan semua itu.
Kau kemudian hidup lama nian sebagai seekor binatang. Lalu agaknya kau menjadi seorang manusia.
Kau benar-benar sudah tak terhitung mengubah keadaan. Apakah, menurutmu, kau sekarang telah sampai pada akhir evolusimu?