Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
KELONG PENDIDIKAN RELIGIUS (9): KUINGAT AYAH – BUNDAKU.
09 Maret 2025
prof Bahaking Rama
Seseorang sering kali merasa sangat sedih jika mengingat jasa dan asuhan orang tuanya (ibu-bpk) sewatu masih kecil. Baik orang tuanya masih hipup, maupun sudah wafat (alfaatihah)
Kelong berikut menggambarkan tentang itu.
Punna battu pangngitungku / ᨄᨘᨊ ᨅᨈᨘ ᨄᨂᨗᨈᨘᨀᨘ
Rimanrongku ri manggeku ᨑᨗᨆᨑᨚᨀᨘ ᨑᨗᨆᨁᨙᨀᨘ
Rera tattappu atingku / ᨑᨙᨑ ᨈᨈᨄᨘ ᨕᨈᨗᨀᨘ
Narunang jene’ matangku / ᨊᨑᨘᨊ ᨍᨙᨊᨙ ᨆᨈᨀᨘ
Atri bebasnya. Kalau kuingat jasa dan pengorbanan ibu - ayahku mengasuh dan membesarkanku, sungguh selalu sangat sedih hatiku, sehingga air mata jatuh tak terasa.
Kelong ini mengandung nilai pendidikan, bahwa seorang anak berkewajiban mendo’akan orang tuanya. Salah satu amal jariyah setiap orang tua yang tidak akan putus pahalanya di akhirat, adalah do’a anak saleh. “Apa bila anak cucu Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak saleh (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.) Seorang anak, juga berkewajiban mendoakan keselamatan orang tuanya. “Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu-papakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab – hari kiamat (QS. Ibrahim, 14:41) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua (orang tua) dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra,17: 24).
Perlu disadari untuk selalu mendo’akan keselamatan ibu-bapak. Peliharalah mereka dihari tuanya dan bahagiakan hidupnya.
Semoga, Aamiin.
Pao-pao Gowa, Ahad 9 Ramadan 1446 H / 9 Maret 2025 M.