Gambar KELEMBUTAN SANG RASUL

Tatkala gigi Nabi patah pada Perang Uhud dan wajahnya terluka, para sahabatnya merasa berat hati dan berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah keburukan bagi kaum musyrik." Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pelaknat. Namun, aku diutus sebagai rahmat," (HR. Muslim).

Di antara kisah rahmat Nabi kepada musuh adalah kisah keislaman Tsumamah bin Utsal. Dia pernah ditawan oleh pasukan Muslim dan dihadapkan kepada Nabi. Dia diikat di salah satu tiang masjid selama tiga hari, sehingga dapat menyaksikan suasana masyarakat Muslim dari dekat. Iman pun merasuk dalam hatinya. Nabi memerintahkan agar melepaskannya. Lalu dia pergi ke kebun kurma yang berdekatan dengan masjid untuk mandi dan kembali menuju ke masjid sambil berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya. Wahai Muhammad, demi Allah, di bumi ini tidak ada wajah yang lebih aku benci daripada wajahmu. Sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai. Demi Allah, di bumi ini tidak ada agama yang lebih aku benci daripada agamamu. Sekarang agamamu menjadi agama yang paling aku cintai. Demi Allah, di bumi ini tidak ada kota yang lebih aku benci daripada kotamu. Sekarang kotamu menjadi kota yang paling aku cintai,” (Muttafaq 'alaih). Setelah itu, kondisi Tsumamah pun berubah. Dia menjadi perisai yang membela Islam dan kaum Muslim.

Aisyah meriwayatkan, "Sekelompok Yahudi meminta izin kepada Nabi dan berkata, ‘Semoga maut menyertaimu." Aku (Aisyah)  pun berkata, ‘Semoga maut dan laknat menyertai kalian.' Beliau bersabda, 'Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan dalam semua perkara.' Aku berkata, 'Tidakkah engkau mendengar perkataan mereka?' Beliau menjawab, ‘Aku berkata, 'Semoga ia juga menyertai kalian.” (Muttafaq 'alaih).

Perhatikan bagaimana Nabi menyebutkan kalimat "semoga ia juga menyertai kalian.”, tanpa sisipan atau tambahan kata 'maut". Beliau tetap berlemah lembut, dan tidak mencari tahu alasan di balik kalimat tersebut. Beliau tidak bertanya kepada mereka, tidak menghardik mereka, dan tidak pula menghukum mereka. Beliau membiarkan mereka dengan lembut, sembari berujar kepada Aisyah, “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada orang yang lembut apa yang tidak Dia berikan kepada orang yang keras. Tidak pula kepada selainnya," (HR. Muslim).

Nabi adalah sosok yang lembut dalam berdakwah, memerintah, melarang, dan dalam setiap urusannya. Beliau bersabda, “Siapa yang tidak dikaruniai kelembutan, niscaya dia tidak akan dikaruniai kebaikan," (HR. Muslim). Beliau juga bersabda, "Sesungguhnya tidaklah kelembutan ada pada sesuatu, melainkan akan menghiasinya. Tidaklah pula ia lenyap dari sesuatu, melainkan akan memperburuknya," (HR. Muslim).