Gambar KEJUJURAN SUMBER SEGALA KEBAIKAN DAN KECULASAN SUMBER SEGALA KEJAHATAN


Mari kita sejenak merenung dan berpikir ulang: mungkinkah perilaku kita selama ini, jika terus dilanjutkan, justru akan membawa pada perpecahan bangsa—dimulai dari kota yang dahulu menjadi pusat peradaban ini, Yogyakarta. Kota tua yang pernah menjadi simbol kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara itu bisa saja hancur berantakan bila kita terus memperturutkan hawa nafsu dan kepentingan pribadi.

Sudah saatnya kita bersikap dewasa, saling mengingatkan, dan tidak lagi membiarkan diri dikuasai oleh ambisi sesaat. Sebab, jika nafsu terus dipelihara, segala bentuk kejahatan akan datang secara bertahap, bahkan tanpa disadari. Karena itu, marilah kita kembali pada kejujuran—meski mahal harganya. Terlebih bila kita pernah tergelincir dalam keculasan, biasanya akan muncul kecenderungan untuk menutupinya dengan keculasan baru. Maka, tak ada salahnya mengalah demi kemaslahatan yang lebih besar.

Kedua belah pihak yang berseteru, apalagi jika mereka adalah tokoh-tokoh bangsa, hendaknya berbesar hati dan tidak gengsi menyambut setiap upaya kebaikan. Di antara mereka bahkan ada yang pernah memimpin negeri ini. Bukankah seharusnya seorang mantan presiden bisa tampil sebagai negarawan sejati—bijak dan menenangkan?

Nelson Mandela adalah contoh nyata. Ketika masa jabatannya sebagai Presiden Afrika Selatan usai, dan para pendukungnya memintanya maju kembali, ia menjawab tegas: "Sudah cukup!" Padahal secara konstitusi, ia masih berhak mencalonkan diri. Namun ia memilih mendirikan Mandela Foundation, dan mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan. Maka tidak heran, Mandela dikenang bukan hanya sebagai presiden, tapi bahkan lebih dikenang setelah masa jabatannya berakhir.

Rasulullah SAW telah mengingatkan: kejujuran adalah mata air dari segala kebaikan. Sedangkan keculasan—bagai kotak pandora—menjadi sumber dari berbagai malapetaka.

Wassalam,
Kompleks GPM, 17 April 2025