Kadang kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga—bukan karena lalai, melainkan karena terlalu menjaganya. Saya sendiri baru saja mengalaminya: hilangnya daftar isi dan sebagian isi puisi yang akan menjadi buku saya berikutnya. Rasa kecewa dan frustrasi sempat menyelimuti. Namun justru dari situ saya belajar bahwa kehilangan bisa membawa berkah. Lewat pencarian yang tenang dan penuh harap, saya menemukannya kembali—bukan di tempat yang saya kira, melainkan lewat jejak-jejak yang pernah saya bagikan. Dari pengalaman itulah lahir puisi ini. Semoga kisah sederhana ini bisa memberi makna bagi siapa pun yang sedang menghadapi kehilangan dalam bentuk apa pun.
KEHILANGAN MEMBAWA BERKAH ( oleh Ahmad M. Sewang)
Kemarin, aku kehilangan sebuah harta yang tak kasat mata: daftar isi puisi— nadi dari buku yang hendak lahir ke dunia.
Sebagian telah bernyawa dalam bait, sebagian masih nama, menanti ruh makna. Tiba-tiba lenyap tanpa jejak, tak tahu sebab, tak kenal arah.
Andai tahu sebab, tentu mudah menjejak, namun kehilangan kadang karena terlalu dijaga, seperti luka di kaki, yang semakin nyeri karena terus dihindari benturan, justru lebih sering terkena.
Jujur, hatiku nyaris retak. Menulis ulang bukanlah jalan termudah, sebab kehilangan bukan sekadar kata— tetapi ingatan dan rasa.
Berulang kali kubuka gawai, mencari jejak yang sirna. Lalu terlintas di benak, aku pernah membagikan sebagian dari mereka kepada para sahabat, dan pada seorang guru, penasehat setia dalam sunyi tulisanku.
Kucari jejak-jejak itu di percakapan lama, di WhatsApp yang jadi saksi setia. Satu per satu kukumpul kembali, bagai memungut bintang jatuh di langit memori.
Dan akhirnya, tulisan-tulisan itu kembali utuh, menjelma berkah dalam kehilangan. Seperti kisah pengembara dalam gua, yang terjebak dan berdoa dengan mengenang amal-amal terbaik mereka. Maka terbukalah pintu, dan mereka pun bebas.
Begitulah, kehilangan kadang mengajarkan syukur, dan berkah datang dalam bentuk yang tak terduga.
Wasalam, Kompleks GFM, 6 Mei 2025