Gambar Kecerdasan Intelek VS Kecerdasan Qolbu

 

Allah memberikan banyak potensi jasmani maupun rohani kepada manusia agar kita sukses menjalankan tugas sebagai hamba dan khalifah di bumi. Potensi itu di antara kecerdasan intelektual (logika) dan kecerdasan qolbu (hati). Namun dalam kenyataannya banyak orang tidak mampu mensinergikan kedua kecerdasan itu dalam dirinya. 
Ibaratnya komputer yang memiliki berbagai program aplikasi namun program itu tidak sinergis atau malah saling bertentangan antara program yang satu dengan lainnya. Kecerdasan-kecerdasan itu adalah program aplikasi sedangkan program induk (program sistem) kita adalah ruh kita yang kelak akan kembali mempertanggung jawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah swt. 
Hal yang menyedihkan bahwa banyak orang pintar inteleknya (IQ) tapi qolbunya kotor atau gelap (SQ). Kecerdasan intelek bertentangan dengan kecerdasan Qolbu. Mereka memiliki pendidikan tinggi, menguasai berbagai teori, memiliki banyak keterampilan, punya pangkat tinggi, harta yang banyak, terkenal di mana-mana, pandai berargumentasi, namun kehidupannya jauh dari nilai-nilai kebenaran, utamanya kebenaran menurut Al-Qur’an dan Hadis. 
Mereka sulit membedakan antara kepentingan dan kebenaran. Mereka memilih dan membela pihak-pihak atau hal-hal yang menguntungkan dirinya secara ekonomi, politik, dan lain-lain (misalnya ketika orang-orang miskin diperlakukan tidak adil), bukan memilih dan membela hal benar yang seharusnya dibela sesuai dengan prinsip kebenaran dan keadilan berdasarkan nilai-nilai agama, hukum atau etika. Orang-orang yang hanya mengejar keberhasilan dunia bukan mengejar kebahagiaan akhirat. Padahal kecerdasan intelek yang dimiliki sebagai ilmuwan atau cendekiawan seharusnya didukung oleh kecerdasan qolbu untuk menemukan kebenaran hakiki.
Nah…. perhatikan cara kita mengambil keputusan akan  menunjukkan kekuatan yang mengendalikan diri kita. Jika kita selalu membela yang dianggap menguntungkan diri kita berarti yang sangat berpengaruh adalah otak atau pikiran kita. Tapi jika kita membela yang benar secara normatif/etis berarti yang mempengaruhi kita adalah hati atau qolbu kita.
Otak/pikiran selalu mencari hal-hal yang menguntungkan secara logis sedangkan hati/qolbu selalu mencari kebenaran sesuai nilai ketuhanan, spiritual atau etis. Orang-orang sekarang banyak lupa diri bahwa hidup ini sementara, tugas utama kita beribadah kepada Allah, maka mereka cenderung membela pihak atau hal yang menguntungkan dirinya meskipun itu salah, mereka mendukung bukan berdasarkan kebenaran dan keadilan tapi kepentingan. 
Jika ingin dekat kepada Allah sebagai hambanya yang shalih, menjadikan hidup kita sebagai ibadah, maka pilihlah dan bela pihak yang benar bukan berdasarkan kepentingan atau pesanan/sponsor yg memberi keuntungan materi, politik, dan lain-lain. Kita membela sesuatu kebenaran karena Allah untuk memberi maslahat dalam hidup ini. Wallahu a'lam... (MAA)*