Salah satu kebiasaan buruk yang biasa dilakukan sebagian dari kita adalah menghakimi orang yang sedang kesusahan, misalnya menganggap korban bencana alam sebagai orang sedang mendapat azab atau hukuman dari Allah Swt. Gus Baha rupanya geram dengan kebiasaan ini. Beliau menyebut kita tak boleh 'melabeli' korban bencana alam sebagai orang-orang yang terkena azab Allah.

Sebabnya, dengan melabeli orang lain sebagai kelompok yang diazab Tuhan, kita secara tidak langsung sedang merasa diri suci sehingga selamat dari hukuman Tuhan. Hal inilah yang dilarang; merasa diri sendiri baik tak terkira sementara orang lain dianggap hina dan penuh dosa hingga pantas mendapat hukuman dari Sang Mahakuasa.

"Ya, kita harus menghindari merasa paling suci. Jangan merasa sok suci."

Gus Baha lalu mencontohkan tragedi tsunami yang menggulung  sebagian wilayah Aceh beberapa belas tahun silam, saat itu banyak 
orang yang menganggap warga Aceh sedang diazab oleh All karena dosa-dosa mereka yang kelewat banyak. Kita ngomong potensinya saja. Anda tidak usah sok suci dengan kata bima kafartum (ditenggelamkan karena kekafirannya). Itu urusan Tuhan ungkap Gus Baha

"Kalau Anda menuduh orang Aceh kafir, justru Anda sendiri yang kafir," lanjut beliau lagi.

Bagi beliau, pemberian azab adalah sepenuhnya hak Allah Swt. "Misalnya Aceh dilanda tsunami, ya sudah, tsunaminya saja yang dibahas), tidak perlu meneruskan bima kafartum, itu wilayahrnya Allah."

Karenanya, jika ada musibah atau bencana alam yang menimpa orang lain, penting bagi kita untuk mengutamakan empati dan adab di atas ilmu. Jangan sampai ilmu yang kita miliki menjadikan kita orang yang jemawa dan merasa lebih baik dari yang lainnya. Hanya Allah Swt. yang berhak menilai dan menghakimi manusia, bukan kita.