Gambar JALALUDDIN AL-TABRIZI Kehidupan tanpa Kematian

Syekh JalaluddIin al-Tabrizi bertutur: 

Barang siapa minum dari samudra cinta Allah Swt., niscaya ia hidup tanpa kematian setelahnya. Dan, barang siapa tidak merasakan kejernihan mahabah, ia keluar dari dunia bagaikan binatang dengan kedua tangan hampa. Ketika mati, ia menjadi bangkai, dan ia mati tanpa kehidupan setelahnya, sebagaimana firman Sang Paling Benar dalam kitab-Nya: 

'Barang siapa buta (hati di dunia ini, niscaya ia di akhirat buta dan lebih tersesat jalannya.”

Salah seorang syekh di India bertemu dengan gurunya, Maulana Fadhlur-Rahman al-Kanj Murid Abadi, dan ini terjadi ketika sang syekh masih menjadi mahasiswa yang sedang mempelajari filsafat serta logika. Maulana Fadhlur-Rahman bertanya kepadanya tentang buku-buku yang dibacanya. Ketika ia mengabarkannya berupa buku-buku filsafat dan logika, sang maulana menjadi marah dan berkata kepadanya: 
Katakanlah, engkau telah membaca semua buku itu dan engkau menguasai semua ilmu Yunani itu, lalu apa setelah itu? Apakah faedah yang kauperoleh? 

Berjalanlah bersamaku ke kuburan seorang laki-laki yang tidak mengetahui Ilmu-ilmu itu sedikit atau banyak, tetapi dia mengenal Allah dan memiliki kedudukan di sisi-Nya, Kemudian, berjalanlah bersamaku ke kuburan si fulan sang pakar logika dan filsafat serta merupakan salah satu penulis besar dalam topik ini. Maka, engkau akan melihat dengan takjub! 


Ayahku—semoga Allah merahmatinya—menceritakan kepadaku bahwa ketika masjid lama yang di dalamnya terdapat makam seorang wali besar, Abul-Abbas al-Mursi, di Iskandaria dibongkar dan dibangun kembali dengan bangunan yang tinggi ini pada masa Sultan Fuad semoga Allah merahmatinya—di awal-awal tahun 40-an pada abad 20 lalu, tatkala mereka membongkar makam sang wali, mereka menemukan jasadnya selamat, tanpa terusik dan terubah oleh bumi! 

Pada waktu yang sama, dibangunlah masjid untuk Abul-'Ala al-Maarri (seorang filosof) di Syam di bekas tempat kuburannya. Manakala mereka membongkar kuburannya, mereka tidak menemukan apa-apa di dalamnya, telah terurai dan berubah menjadi tanah! 

Ayahku—semoga Allah merahmatinya—berujar, "Ini merupakan perbedaan menakjubkan, yang membuat koran-koran banyak memuatnya." Dinukil dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit...