Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
Indra Keberagamaan (7)
11 April 2022
Oleh: Hamdan Juhannis
Ada teman menyentil saya, saatnya mengulas bagaimana melawan kecanduan terhadap prilaku negatif. Saya menjawabnya bahwa caranya: hadirkan rehabilitasi prilaku, yaitu bagaimana keluar dari situasi mental yang terjebak pada kecanduan. Bagaimana mewujudkan rehabilitasi prilaku itu? Hidupkan alarm dalam diri untuk mengatur jarak pada prilaku kecanduan terhadap sesuatu.
Hadirkan alarm untuk tidak terjebak pada modus penipuan dalam bentuk apa saja. Alarm itu bisa berupa sensitifitas terhadap ragam modus. Hadirkan alarm terhadap sejarah penipuan yang bermetamorfosa dengan kecerdasan dan kemajuan. Hidupkan alarm bahwa tidak ada model transaksi hidup apapun yang mendapatkan keuntungan lebih tanpa usaha sama sekali.
Siapkan alarm anak- anak supaya tidak kecanduan pada game online. Alarmnya adalah pembatasan waktu memegang gudget. Selain itu, penentuan waktu kapan mereka bisa memegang gudget. Yang tidak kalah pentingnya, alarm tentang pengecekan konten apa yang ditonton anak-anak kita. Tentu yang menjadi kunci adalah, alarm pada diri orang tua yang tidak menjadikan dirinya sebagai contoh buruk yang kecanduan dengan game online.
Siapkan alarm untuk tidak kecanduan pada doktrin dan ajaran yang eksklusif. Alarmnya adalah apakah guru yang mengajarkan cukup mumpuni pengetahuan agamanya. Alarm lainnya adalah apakah yang mengajarkan itu menguasai ilmu alat keagamaan; bahasa, filsafat, metodologi dan semacamnya. Apakah ajaran yang diterima itu bukan sekadar dipahami tekstual tetapi kontekstual dengan kondisi keberagamaan di sekitar. Alarm pengingat lain adalah apakah ajaran yang diterima itu mengandung kemaslahatan dan memudahkan. Persis alarm lainnya tentang keasadaran bahwa ajaran agama yang benar adalah yang memudahkan bukan menyusahkan pengikutnya.
Siapkan alarm untuk pasangan yang kecanduan kerja (workaholic) sampai lupa keluarganya. Alarmnya bisa saja kesepakatan tidak membawa pekerjaan ke rumah. Alarmnya adalah "us time" untuk keluarga. Bunyikan alarm untuk pasangan yang kecanduan berbelanja (shopaholic). Alarmnya adalah tanamkan "mindset" bahwa jalan-jalan ke mall adalah untuk refreshing bukan untuk berbelanja semata. Itulah, bila ke tempat belanja upayakan tunjukkan romantisme sebagai pasangan. Khususnya para suami, dekap erat tangan isterinya, sekaligus memastikan isteri tidak leluasa masuk ke tempat belanja.