Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
Indra Keberagamaan (6)
08 April 2022
Oleh: Hamdan Juhannis
"Kecerdasan dikalahkan oleh Keberuntungan". Demikian respon sahabat saya, Pak Hadi Susanto, atas catatan saya tentang kecerdasan yang dikalahkan oleh kecanduan. Respon di atas menarik untuk didiskusikan.
Menariknya karena berbeda dengan yang sering saya bagikan ke anak-anak sekolah. Saya sering mengatakan bahwa sejatinya tidak ada yang murni disebut keberuntungan. Yang ada adalah buah kerja keras. Keberuntungan bertengger di atas kerja keras.
Batasan keberuntungan dalam kitab suci juga meniscayakan kerja keras, misalnya dalam salah satu ayat dinyatakan bahwa orang yang beruntung itu adalah yang khusyu' dalam shalatnya, yang menjauhkan diri dari hal yang tidak berguna, yang mengeluarkan zakat dan yang menjaga kehormatannya.
Semua indikator yang disebutkan untuk sampai pada fase keberuntungan dalam agama membutuhkan perjuangan. Tentu tidak mudah menjalankan shalat yang khusyu', sama tidak mudahnya menjauhkan diri dari perbuatan unfaedah yang justru hari ini banyak sekali terjadi.
Keberuntungan hanyalah peristilahan bagi derajat pencapaian seseorang. Mungkin semacam bahasa yang halus untuk diperhadapkan pada orang yang belum menuai hasil dari kerja kerasnya.
Keberuntungan diraih dari hasil kerja cerdas. Itulah mungkin seseorang terlihat beruntung karena tidak terlalu banyak mengeluarkan keringat, untuk mendapatkan hasil lebih. Memang, kerja cerdas tidak persis sama dengan kerja keras.
Kerja cerdas menggunakan otak tapi kerja keras memakai otot. Namun proses untuk kerja cerdas dimulai dari kerja keras. Orang-orang sukses yang tercatat sebagai pelaku sejarah perubahan kehidupan yang dikenal sebagai orang beruntung begitu banyak ditempa oleh kerasnya kehidupan mereka.
Sampai disini, kita bisa memposisikan makna keberuntungan dalam hidup. Jadi orang beruntung adalah orang yang kaya ikhtiar, memadukan ragam kecerdasan: untung dia menemui Bapak itu, yang merubah hidupnya. Untung dia masuk Jurusan itu, yang membuatnya berkarir. Untung dia menikah dengan si anu, kemistrinya bagus. Asal jangan, untung dia parkir mobilnya di depan masjid, dikira shalat tarawih, padahal......