Apakah anda pernah berpikir jalan-jalan keluar angkasa? Atau andai anda bisa mendarat di bulan seperti cerita Neil Amstrong? Wajar kalau sampai berpikir seperti itu. Mungkin karena faktor penasaran untuk melihat langsung fenomena galaxy, perbandingan bumi dan planet lain. Atau bahkan untuk tujuan memperkuat keyakinan akan kekuasaan Tuhan Pencipta.
Saya juga sering berpikir seperti itu. Sekiranya bisa pergi keluar angkasa, seperti apa kehidupan di sana, apa yang bisa dilihat, bagaimana waktu (jam) berlaku di sana, apakah benar ada Alien atau Unidentified Flying Objects (UFO)?
Itu bukan sekadar pikiran tapi sudah hayalan karena mana mungkin saya bisa ke luar angkasa. Pertama saya bukan astronot, dan kedua kalau bukan astronot, saya tidak punya kemampuan materi sama sekali untuk membayar supaya bisa ikut pada penerbangan astronot.
Dari hayalan itu, teringatlah saya dengan nasehat teman akrab yang juga seorang ahli kelautan, Prof. Jamaluddin Jompa (JJ). Kalau tidak bisa naik ke atas (angkasa) dan itu hampir mustahil, pikirkan untuk turun ke bawah; berenang, menyelam dan mengarungi dalamnya lautan, di bawah sana tak kalah banyaknya "tanda tanya". Menurutnya, itu lebih memungkinkan terjadi, bisa dilakukan siapa saja, dan hampir di mana saja karena negeri ini adalah negeri maritim.
Prof. JJ berujar bahwa bumi ini terdiri dari 70 persen lautan, dan ketika tidak ada keberanian untuk menyelam ke dalam lautan, berarti jelajah hidup ini hanya berada di kisaran 30 persen bumi, yaitu daratan. Bahkan secara ekstrim Prof. JJ mengatakan bahwa pernak-pernik kehidupan daratan itu hanya secuil dari kekayaan hayati dan keindahan yang terdapat pada lautan.
Katanya, sayang sekali kalau hidup yang singkat ini tidak disempatkan mengarungi kehidupan dalam laut. Lebih mengagetkan, Prof. JJ meyakinkan bahwa misteri dalam laut dan kebuasan Ikan Hiu hanya ada pada cerita film Hollywood. Saya berpikir, bahasa Prof. JJ adalah khas "orang laut" dan penyelam, tapi paling tidak berhasil menetralkan penasaran saya yang awalnya selalu menerawang pada kehidupan langit.
Akhirnya saya mulai berani berenang dan belajar menyelam. Saya mulai melihat emper-emper karang yang indah, baru emperannya, belum menelusuri hamparan palung di kedalaman lautan, jejeran karang mengatur diri dengan warna-warni yang mempesona, di antara liukan ragam ikan yang memilki sejuta warna dan bentuk, dan menyadarkan saya, bahwa jenis ikan yang saya makan bukan bandingan dari jumlah yang ada di dasar lautan, amazing!
Sebenarnya Prof. JJ ingin mengatakan kepada saya bahwa dasar laut adalah arena mengasah ketauhidan dan meneguhkan Kemahakuasaan Tuhan. Karena semakin dalam kita menyelam, semakin terbuka indra ketuhanan kita, lahirnya kesadaran tentang keteraturan dan keindahan kehidupan yang dihadirkanNya sebagai Sang Pengatur Jagat. Tapi mungkin tidak sampai hati mengatakan itu, karena dia sudah terlanjur sering memanggil saya: Ustad.