Start typing & press "Enter" or "ESC" to close
Indonesian
English
العربية
Home
Profil
Pimpinan UIN
Sejarah UIN
Lambang
Visi Misi & Tujuan
Struktur Organisasi
Quality Assurance
Kerjasama Kemitraan
Dasar Hukum Pengelolaan
Pedoman dan Panduan Pengelolaan
Fakultas
Syariah & Hukum
Ekonomi & Bisnis Islam
Tarbiyah & Keguruan
Ushuluddin & Filsafat
Dakwah & Komunikasi
Adab & Humaniora
Sains & Teknologi
Kedokteran & Ilmu Kesehatan
Program Pascasarjana
Lembaga
LEMBAGA
Penjaminan Mutu
Penelitian & Pengabdian Masyarakat
UPT
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
Perpustakaan
Pusat Bahasa
PUSAT
Pusat Studi Gender dan Anak
Pusat Pengembangan Bisnis
Satuan Pengawas Internal (SPI)
International Office (IO)
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
Biro
Biro AUPK
Keuangan
Kepegawaian
Perencanaan
Umum
Biro AAKK
Akademik
Kemahasiswaan
Kerjasama
Sistem Informasi
Portal Mahasiswa Dan Dosen
Portal Alumni Dan Karir
Portal Kepegawaian/SDM
E-Kinerja
Kuliah Kerja Nyata
SOP
KIP
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
Rumah Jurnal
Repository
Ebook
OPAC
Sistem Pengecekan Ijazah dan Transkrip
Registrasi Mahasiswa Baru
Pustipad Helpdesk
UKT Covid
Ujian Masuk Mandiri
Monev Perkuliahan Daring
Tracer Study
Sister
Kuliah di UIN
Penerimaan Mahasiswa Baru
Unit Kegiatan Mahasiswa
Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Agenda
Change Languange
English
العربية
Indra Keberagamaan (14)
18 April 2022
Oleh: Hamdan Juhannis
Pak CIK (Causa Iman Karana), Kepala BI Sulsel meminta saya ceramah di kantornya. Beliau meminta saya berbicara tentang amanah. Tentu topik ini sudah biasa didengar dan semua orang sudah memahami maknanya, terpercaya atau dapat dipercaya. Meskipun topik yang biasa, selalu terasa berat untuk dikupas karena mengulas diri, termasuk diri sendiri. Tapi anggaplah untuk penyegaran supaya selalu menjadi pengingat.
Amanah adalah sifat kenabian. Seorang nabi atau rasul niscaya memiliki sifat terpercaya karena mana mungkin misi kerasulan bisa berjalan tanpa adanya kepercayaan dari umat rasul tersebut.
Sifat amanah adalah sifat mutlak kepemimpinan, roda kepemimpinan bisa berjalan bila pemimpinnya terpercaya. Demikian pula, pada level terpimpin yang terpercaya membuat gerbong kepemimpinan berjalan baik. Kita membaca banyak literatur, bahwa runtuhnya sebuah peradaban bisa karena terjadinya krisis kepercayaan.
Karena sifat amanah adalah sifat kenabian, maka untuk mewujudkannya perlu memperkuat literasi kenabian. Rasulullah Muhammad SAW mendapatkan modal sosial menjadi rasul karena sedari muda sudah digelari al-Amin, yang berarti dapat dipercaya. Kita semua sudah tahu ceritanya, dan selalu diperbaharui saat peringatan maulid Nabi, setiap tahunnya.
Singkatnya, sifat amanah adalah sifat utama kemanusiaan. Karena semua manusia penting memilikinya, dari profesi tertinggi sampai pada level terbawah. Contohnya, "Dia cocok menjadi pemimpin, karena memiliki tingkat kepercayaan tinggi untuk melakukan perubahan." "Dia tidak cocok menduduki posisi itu. Dia memiliki "track record" ketidakpercayaan karena sering khilaf. Di waktu lain sering mengaku dihipnotis."
Kata yang lain. "Jangan naiki becak itu. Kenapa? Kalau dibayar, selalu alasannya tidak punya uang kecil supaya tidak ada kembalian." Dari penggalan kalimat di atas menunjukkan bahwa amanah niscaya pada setiap lakon manusia, dalam ragam situasi.
Tantangan kita sekarang adalah hadirnya era ketidakpercayaan pada segala sisi kehidupan, termasuk beredarnya slogan atau statemen yang menunjukkan lemahnya sikap amanah. "Syukurlah, sudah dijanji, daripada tidak dijanji sama sekali." Ada juga slogan yang membuat dahi berkerut: "Lebih baik minta maaf daripada minta izin." Yang lebih parah: "Lebih baik menyesal sudah melakukannnya daripada menyesal tidak melakukannya sama sekali." Kalau anda setuju salah satu dari statemen di atas, perlu mengecek komitmen diri yang menjadi inti dari sikap amanah.