Kita lanjut ke persepsi tentang takdir karena cara memahaminya ikut menentukan raihan hidup. Ada ajaran yang meyakini bahwa ikhtiar adalah kunci pencapaian. Kita sebutlah sebagai tipe kedua. Tipe ini meyakini manusia memiliki kuasa atas dirinya. Semua pencapaian dari upaya manusia sendiri, demikian pula dengan hasil buruk akibat dari laku manusia. Tugas Tuhan selesai pada perangkat berpikir dan berkreasi yang diciptakan kepada manusia. Orang Inggris menyebutnya: free will.
Doktrin takdir pada model seperti ini menganggap keberhasilan dan kegagalan hidup ada pada hukum alam. Kalau anda kerja anda dapat. Kalau anda payah, anda kalah. Tidak percaya jodoh di tangan Tuhan. Jodoh ada di tangan anda, bagi yang mencari. Tapi yang sudah punya jodoh tidak usah mencari lagi, nanti dapat lagi. Bisa kena takdir yang lain.
Model pemahaman takdir seperti ini tampaknya lebih progresif dan pro kepada perubahan. Pencapaian tergantung kepada usaha dan upaya yang dilakukan. Istilahnya, hasil tidak akan menghianati proses. Namun, karena nalar dan kadar manusia punya keterbatasan, keyakinan tentang manusia yang memiliki kuasa atas takdirnya bisa menjadi kelemahan. Ada peluang terjadi turbulensi kehidupan, berupa stres berkepanjangan karena lemahnya penyandaran batin dari jerih payah yang sudah dilakukan. Bila hasil tidak sebanding dengan upaya, kemana arah pencarian hikmah?
Terlepas dari masalah di atas, sampai disini anda bisa membandingkan model pemahaman takdir yang mana yang bisa membawa kemajuan, inovasi, dan anti keterbelakangan. Andai kelompok masyarakat diujicoba untuk dikarantina berdasarkan dua kelompok pemahaman keagamaan ini, kita mungkin akan tahu hasilnya yang mana kelompok masyarakat yang stagnan dan mana yang dinamis, mana yang jalan di tempat dan mana yang melangkah maju, mana yang murni ukhrawi, mana yang menonjol duniawi.
Artinya, pemahaman keagamaan itu sangat berperan pada lahirnya perubahan. Pemilihan pemahaman itu bukan hanya memberi efek kehidupan pada "Hari Kemudian," tetapi berdampak langsung pada hari ini. Jika demikian, cek kembali pemahaman anda tentang takdir, terkhusus bagi teman-teman yang memang namanya: Pak Takdir.