Gambar In Memoriam *Dr. Muhammad Shadiq Sabry, M.Ag*

In Memoriam *Dr. Muhammad Shadiq Sabry, M.Ag*

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun,kalimat inilah yang pertama kali saya ucapkan saat membaca WA Prof Dr. H. Supardin di Group UIN Alauddin Community (20.52 wita). Berita duka itu saya baca pas ketika sedang sowan konsultasi tentang Nahdlatul Ulama Makassar di rumah Rois Syuriyah Anregurutta DR. KH Baharuddin HS,MA.

Setelah konsultasi kuanggap cukup, saya langsung ke rumah duka di Perumahan Pao-Pao Gowa sambil WA-WA-nan sama dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof Dr. Muhaimin.

Sesampainya di rumah duka, subhanallah,  pelayat banyak sekali, terutama dari keluarga besar UIN Alauddin,saya langsung dipersilakan menuju pembaringan jenazah.  Ketika saya buka penutup wajah almarhum di tengah kerumunan keluarga dan sahabatnya, sambil membaca doa dan tahlil sebagai tradisi keberagamaan saya, sebuah kesaksian bahwa saya melihat senyum damai bak orang tidur yang lagi mimpi indah di wajah  almarhum. Wajahnya  bersih dan bercahaya. Saya haqqul yakin itu tanda dan isyarat husnul khotimah.

Kematian adalah bagian jalan hidup setiap manusia. Dr. Muhammad Shadiq Shabry ditakdirkan wafat di masa masih aktif sebagai dosen fakultas Ushuluddin UIN Alauddin. Almarhum wafat, menurut saya yang kebetulan sebagai Kepala Biro AAKK  itu  sangat mengagetkan banyak orang, terutama di kalangan civitas akademik UIN Alauddin.

Ketika saya pulang dari rumah duka, saya merenung dan menggali hikmah, terutama dari “nama” almarhum.

“Muhammad Shadiq Shabry”  bagi almarhum menurut saya, bukanlah sebatas nama panggilan sosial keseharian, bukan sebatas identitas administratif dalam konteks birokrasi. Namun nama “Muhammad Shadiq Shabry”  sekali lagi menurut saya memiliki kandungan doa dan makna yang begitu mendalam. Nama ini begitu indah, lengkap dan maknawi.  Muhammad berarti terpuji;  Shadiq berarti jujur, integritas;  Shabry berarti sabar, teguh, dan tabah.  Dalam konteks kehidupan, nama Muhammad Shadiq Shabry dipastikan orang tuanya H. Muhammad Sabry pensiunan Kepala MTs Ulusalu lingkup Kementerian Agama Kab. Luwu  bercita-cita luhur agar salah satu putranya yang dilahirkan 27 Desember 1967 itu menjadi anak yang memiliki karakter terpuji, jujur dan sabar. Masya Allah.

Karakter terpuji, jujur berintegritas dan sabar dalam kehidupan modern saat ini, khususnya di Indonesia sangat-sangatlah dibutuhkan dalam konteks apapun.

Dari kandungan dan cakupan kemaknaan nama Muhammad Shadiq Shabry bisalah disejajarkan atau diwazankan dengan nama-nama bagus lainnya, misalnya dekan Fakultas Syariah dIndonesia Dr. H. Muhammad Rauf Amin (seorang yang terpuji, pemaaf, dan terpercaya), ada juga nama Warek 3 Prof Dr. Muhammad Khalifah Mustami (mungkin mustami’ yang artinya pendengar, sehingga dapat didefinisikan menjadi “orang yang terpuji, pemimpin, dan pendengar, minimal mendengarkan aspirasi mahasiswa).  Atau nama lain yang memiliki kandungan makna keren, filosofis sekaligus penuh tanda tanya, namun nama itu selalu dibaca dalam doa sebagai ungkapan pujian kepada Allah sebagai dzat pemilik nikmat yaitu  nama Rektor UIN  Alauddin Prof. Hamdan Juhannis. Nama “Juhannis” inilah yang penuh misteri dan tanda tanya.  Silakan baca buku Melawan Takdir !!! Ohya ada juga pejabat UIN Alauddin yang namanya pendek, tidak keren, tidak filosofis,  tidak ada duanya, dipastikan orang tuanya bukan dari kalangan akademisi,  namun nama itu terkadang bawa “berkah” yang wajib disyukuri misalnya nama H. Kaswad. Biar agak keren katanya sekaligus biar mengalir jariyah jasa orang tua, nama itu kemudian ditambah nama orang tuanya.

Kembali ke memoriam almarhum, Berpulangnya ke Rahmatullah Dr Muhammad Shaqid  Shabry di samping mengagetkan banyak orang, pelajaran berharga yang bisa diambil bagi para karib, teman dan sahabatnya,adalah bahwa  kematian itu ajal. Sekali lagi kkematian itu ajal. Ajal adalah bagian dari pilar iman.  Bila ajal tiba sebagai takdir Tuhan, tidak ada pihak manapun bisa memajukan atau memundurkan datangnya ajal.

Ketika ajal nabi Ibrahim tiba misalnya,  malaikat Izrail sang pencabutan nyawa datang kepadanya. Ibrahim lalu bertanya tentang maksud kedatangan malaikat Izrail? Malaikat sang pencabut nyawa itu ternyata membawa pesan kematian bahwa ajal nabiyullah yang bergelar “kholilullah” kekasih Allah itu telah tiba waktunya.

Sebagai manusia pastilah kaget, kemudian Ibrahim bertanya: “Hal roaita kholiilan yumitu kholiilalu” (apakah Anda pernah melihat seorang kekasih akan membunuh kekasihnya). Bingunglah dan kaget pulalah Izrail mendapat  pertanyaan logis dari Ibrahim a.s suami Sara dan Hajar itu. Maka Malaikat Izrail kembali menghadap  kepada sang pemberi mandat yaitu Allah swt sekaligus menyampaikan hal  pertanyaan Ibrahim ayahanda nabi Yusuf itu.

Allah kemudian memberi tahu jawaban atas  pertanyaan Ibrahim itu, dan kembalilah Izrail  ketemu Ibrahim.

Di hadapan Ibrahim, Izrail menyampaikan pesan Tuhan dengan pertanyaan yang secara redaksional dan substansinya mirip dengan pertanyaan Ibrahim: “Hal roaita kholiilan yukrahu biliqai kholiilalu” (Pernahkah Anda melihat seorang kekasih tidak mau ketemu dengan kekasihnya). Mendengar pertanyaan skakmat ini, Nabi Ibrahim langsung sadar diri bahwa ajal dan kematian adalah takdir yang waktunya sudah ditentukan. Kapan tibanya, apa penyebabnya, dan dimana wafatnya? hanya Allah yang mengetahuinya.

Semoga almarhum Dr. Muhammad Shadiq Shabry M.Ag husnul khotimah, amal ibadah dan dedikasinya diterima Allah, dan keluarganya diberikan kekuatan dan kesabaran menghadapi ujian berat ini. Selamat Jalan Sahabatku.....

 

Makassar, 28 Januari 2024

Kepala Biro AAKK

H. Kaswad Sartono