Al-RabY bin Sulaiman mengatakan bahwa Ia mendengar Imam Syafii berujar:
"Betapa kuingin (seluruh) manusia belajar dariku, namun tak sesuatu pun dari itu dinisbahkan kapadaku."
"Apakah engkau pernah mendengar sarna sekali dalam keruhudan dan pelumatan nafsu perkataan seperti itu?
Zuhud dalam harta terkadang mudah bagi sebagian orang.
Zuhud dalam jabatan juga.
Demikian pula zuhud dalam ketenaran,
Adapun zuhudnya seseorang dalam buah pikirannya serta perasan pemikirannya dan capaian panjang bertahun-tahunnya, adalah sesuatu yang takkan datang kecuali dengan tekad yang tulus dan taufik besar dari Allah.
Pemilik ide atau ilmu biasanya menanti hasil dari ide atau ilmunya sebagai pertolongan bagi kehidupannya setelah mati. Dan, ilmunya yang bermanfaat bagi orang ha, Terpal pada tngkat yang Allah kehendaki terus menambah kebaikan-kebaikarnya setelah rnati ketika amalnya telah putus.
Akan tetapi, Imam al-Syafii tinggi di atas dengan hasratnya. "
Hasratnya tak lain hanyalah agar Orang-ora, Mendapat manfaat dari ilmu itu. Kendatipun, sedikit pun dari ilmu tidak dinisbahkan kepada dirinya. . | Bahkan, jika pun ilmu itu dinisbahkan kepag, Orang lain.
Ahmad bin "Ali al-Anshari adalah ayah Sang Wali " Quthub Besar Syekh Abdul-Wahhab al-Syarani. Ia adalah Seorang ulama pengamal nan arif kepada Allah. Al-Syarani menuturkan:
Ayahku telah menyusun sejumlah karya tulis
— dalam ilmu hadis, nahwu, ushul, ma'ani, dan bayan. Lalu, semua karangannya itu direnggut (diambil oleh Orang lain dan diklaim sebagai karya mereka).
Tetapi, raut mukanya pun tak berubah dan ia justru berkata:
Kita benar-benar telah menyusun semua itu karen Allah Yang Mahagagah lagi Mahaagung.
Tidaklah masalah bagi kita apakah itu dinisbanka kepada kita atau kepada orang lain. Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit.