Gambar ILMU YANG BERMANFAAT

Ibnul Mubarak biasa menuturkan: Apabila seorang hamba belajar ilmu untuk diamalkan, niscaya Ilmu menaklukkannya. Apabila seorang hamba belajar ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ilmu menambahinya kebanggaan

 Dahulu aku sering bertanya kepada diriku sendiri: "Dari manakah kesombongan yang dinikmati oleh sebagian besar syekh Al-Azhar yang kutemui, baik muda maupun tua?!”

Apakah “kesombongan” adalah materi (kuliah) yang mereka pelajari dalam program belajar mereka? 

Kemudian, datanglah perkataan Malik bin Dinar untuk memecahkan teka-teki ini bagiku 
"Apabila seorang hamba belajar ilmu untuk niscaya ilmu menaklukkannya” Ilmu membuatnya tawaduk, sebagaimana kita lihat 
pada keadaan orang-orang tulus. Apabila seorang hamba belajar ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ilmu menambahinya kebanggaan” kesombongan, keriaan, dan..dan...
Jadi rahasianya tergantung pada niat sang pembelajar dan perawatan niat ini secara daim (ajeg). siapakah yang merawat niat ini secara daim serta mengubahnya menjadi perilaku tulus dan gigih? 

Oleh sebab itu, Al-Azhar telah bertahun-tahun membiasakan penggunaan suluk (praktik) bersama para syekh tasawuf pada waktu yang sama ketika mahasiswa mempelajari berbagai ilmunya.  

Ibnul-Mubarak pernah mengungkapkan, “Kami dahulu belajar ilmu untuk dunia, lalu ilmu menunjuki kami untuk meninggalkan dunia. Sering kali para arif memperingatkan bahwa senjata ilmu mempunyai dua sisi tajam. 
Sufyan bin “Uyainah berwejangan, “Ilmu akan bermudarat bagimu jika ia tidak bermanfaat bagimu!” Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Sufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit...