Gambar Ikhtiar versus Keyakinan

 Tulisan ini berangkat dari pertayaan dasar. Manakah yang lebih unggul atau paling berpeluang menang atau sukses  dalam suatu pertarungan politik bila diperhadapkan kekuatan modal ikhtiar dan kekuatan modal keyakinan dalam suatu pertarungan politik. Tentu setiap calon kontekstasi pasti mengharapkan kemenangan dan keberhasilan sesuai dengan harapan.
          Satu calon mengandalkan ikhtiar yang sungguh sungguh dan satu calon mengandalkan keyakinan yang sungguh - sungguh, siapa yang akan berhasil ?
             Tentu akan ada dua pendapat yang berbeda, sebab keduanya memiliki alasan teologis dan empiris.
             Fakta empiris menunjukan bahwa kalau modal kekuatan ikhtiar berhadapan dengan modal kekuatan keyakinan maka kekuatan ikhtiarlah yang paling banyak menghasilkan kemenangan terutama pertarungan dalam politik, baik pertarugan politik di ruang publik yang luas maupun pertarungan politik terbatas dalam kampus perguruang tinggi.
           Sebab ikhtiar suatu usaha yang penuh perhitungan untuk mencapai tujuan dalam perspektif Islam dimaknai sikap seorang muslim yang mengerakan segala usahanya,segala kemampuannya, tak kenal putus asa dan tak mudah menyerah, terus berusaha sampai mencapai kemenangan, ikhtiar seperti ini tentu yang bisa berhasil dari sekedar keyakinan.
         Contoh ikhtiar seseorang yang mendaptar jadi Caleg,calon legeslatif DPR.DPRD dan dia bersungguh sungguh bekerja keras, berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan tentu dengan cara yang ma’ruf maka peluang terpilih tentu lebih besar dari sekedar keyakinan akan terpilih tapi tidak ada usaha keras.
        Jadi untuk berhasil dalam suatu pertarungan tidaklah cukup bermodalkan keyakinan, karena keyakinan dominan rasa subyektifitas seseorang terhadsp sesuatu apa yang dia pikirkan dan rasakan. Walaupun harus kita manpu bedakan dengan keyakinan atas dasar agama, karena memiliki dasar yang berbeda.
        Agama itu sendiri betul mengandung juga nilai subyektifitas setiap individu tapi nilai keyakinan agama  dalam Islam berdasar pada nilai wahyu Ilahi yang dituntun oleh kita suci sedangkan kalau hanya modal keyakinan biasanya lahir dan muncul dari sikap natural fitrah naluri manusia dalam mempercayai sesuatu sehingga nilai subyektifitasnya lebih dominan.
        Lain lagi bila dikaitkan dengan kepercayaan karena kepercayasn lebih berpijak dari alas pemikiran dan keyakinan lebih alasnya pada hati, tapi walau keduanya memiliki bobot subyektifitas personal.
        Maka dapat disimpulkan bahwa yang terbaik bika dipadukan keyakinan dan ikhtiar