Oleh: Prof. DR. H. Hasyim Aidid, MA.
Khutbah disampaikan pada Hari Raya Idul Adha 1432 H/2011 M di Kampus II UIN Alauddin Makassar di Samata, Gowa.
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لاإله إلاّالله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعزجنده وهزم الأحزاب وحده لاإله إلاّالله واللـه أكـبـر الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله حمدا كثيرا كماامر. نحمده سبحانـه وتعالى على ان قد جعل الخليل ابراهـيم امامالنا ولسائر الشر. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له الملك الجبار .واشهد انّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله النّبيّ المختار – اللهمّ صلّ وسلّم على سيّدنا محمد وعلى اله واصحابه الأخيار.
أمّابعد. فيا ايها النّاس. إتّق الله تعالى واعلموا ان يومكم هذا يوم فضل وعيد شريف جليل رفع الله تعال قدره واظهر. فسبّحوا ربّكم فيه وعظموه وتوبوا إليه واستغفره.
Ummat Islam Rahimakumullah.
Sejak kemarin subuh di hari wukuf, di Arafah Makkah, hingga pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti, atau yang dinamakan hari-hari tasyriq, selama 5 hari berturut-turut, kita berada dalam suasana Idul Adha. Takbir dan Tahmid yang penuh makna dan penghayatan, dikumandangkan. Ada dua hakikat besar Hari Raya ini, yaitu Ibadah Haji dan ber- Qurban. Karenanya dinamakanlah Hari Raya ini adalah hari Raya Qurban, juga disebut hari Raya Haji.
اللـه أكـبـر - اللـه أكـبـر- اللـه أكـبـر ولله الحمد
Saudara-saudara Ummat Islam yang berbahagia.
Ibadah Haji di tanah suci Makkah Al Mukarramah sedang dilaksanakan oleh jutaan ummat Islam yang datang dari seluruh penjuru dunia. Mereka menjawab Panggilan Allah swt, dan menyerukan:
لبيك اللهم البيك, لبيك لا شريك لك لبيك, ان الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك.
Aku sambut panggilanmu Ya Allah. Aku sambut panggilanmu. Tiada sekutu bagimu. Aku sambut panggilanmu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya padaMu ya Allah. Tiada serikat bagiMu.
Sesudah shalat ‘Ied ini kita diperintahkan oleh Allah melaksanakan syari’at Qurban, yakni dengan menyembelih hewan, seperti lembu atau kambing. Firman Allah swt:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang sangat banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhan-Mu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang akan terputus, binasa.” (QS. Al Kautsar:1-3).
Berqurban adalah dikenal sejak Nabi Adam as, ada yang diterima qurbannya, dan ada yang ditolak. Lalu berpuncak kepada kerelaan Nabi Ibrahim as, beliau di uji oleh Allah swt supaya berqurban dengan menyembelih anaknya Ismail as yang sedang menanjak usia remaja, untuk memenuhi perintah Allah swt.
Nabi Ibrahim diuji, apakah cinta dan sayangnya terhadap anaknya melebihi cinta dan imannya kepada Allah swt yang disembahnya. Kenyataannya, Nabi Ibrahim as rela berpisah dengan anak kandungnya sendiri, asal saja perintah Allah swt dapat dijunjung dan ditaati.
Perintah itu lalu disampaikan kepada puteranya, dan menanyakan pendapatnya, dia tidak paksa saja putranya. Dijelaskan dalam Alquran :
“Ketika Ismail telah beranjak usia remaja, bertanya Ibrahim kepadanya: Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam tidurku, aku diperintahkan menyembelih engkau, pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” (QS. Ash Shaffat: 102)
Putranya, Ismail dengan tanpa ragu menjawab:
“Wahai ayah yang kucintai! Laksanakanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepada ayah, ayah akan mendapati aku insya Allah dalam ketabahan dan kesabaran.” (QS. Ash Shaffat: 102).
Nabi Ibrahim as pun segera melaksanakan perintah yang menyedihkan, mengerikan dan luar biasa ini dengan tulus ikhlas. Nabi Ismail dengan terbaring, siap sedia menyerahkan dirinya untuk disembelih sebagai bakti Qurban kepada Allah. Dengan pisau terhunus lagi tajam, Nabi Ibrahim as berlutut sambil meletakkan pisau ke leher anaknya Ismail as, dengan mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar, lalu pisau itupun digesekkan ke leher Nabi Ismail as. Tetapi Allah swt Maha Adil dan Mahakuasa, ketaatan dan keteguhan iman yang suci murni kedua ayah dan anak ini telah terbukti. Ismail tidak tersembelih. Allah swt dengan kuasanya telah menggantinya seekor kambing besar, itulah yang tersembelih.
اللـه أكـبـر - اللـه أكـبـر - اللـه أكـبـر ولله الحمد
Penyembelihan Qurban menjadi syari’at Islam yang abadi sampai akhir zaman. Rasulullah saw bersabda :
الاضحيت لصاحبها بكل شعرة حسة
“Qurban itu, untuk yang membuatnya dibalas Allah dengan pahala setiap helai bulunya satu kebaikan”. (HR. Ibnu Majah).
Hadis di atas, memberikan gambaran betapa besar pahala amal Qurban. Tetapi semua kita supaya sangat berhati-hati. Firman Allah menegaskan:
“Bukan dagingnya, dan bukan darahnya hewan qurban itu yang sampai kepada Allah, tetapi ketaqwaan dan kesucian niatmu, itulah yang sampai kepada Allah.” (QS Al Hajj: 37).
Kitab Tafsir “Al-Muntakhab”, yang dikeluarkan Universitas Al-Azhar Kairo, menjelaskan ayat diatas:
“Ketahuilah oleh kalian semua, bahwa Allah tidak melihat bentuk badan dan perbuatan lahir kalian, tetapi Dia melihat hati kalian. Dia tidak menginginkan kalian melakukan penyembelihan kurban untuk sekadar memamer-mamerkan diri. …” (hal. 681).
Ummat Islam Rahimakullah.
Marilah kita menjadikan cita-cita kehidupan kita semata-mata adalah untuk menjadi hamba-hamba yand dekat kepada Allah swt, sebab kalau prinsip hidup kita adalah “yang penting dekat kepada-Nya,” maka yakin dan percayalah, kita akan menjadi orang paling bahagia. Oleh karena itu ibadah yang paling baik untuk mendekatkan diri kita kepada Allah swt. adalah ibadah Qurban yang kita laksanakan ini. “Qurban” dalam bahasa Arab memiliki asal kata: QARRABA-YUQARRIBU yang artinya “mendekatkan!”. Hakikatnya kita mendekatkan diri kepada Allah swt. Mendekatkan diri kepada Allah tentu dengan bersih diri lahir bathin, dan berkepribadian yang teguh, sebagaimana Firman Allah Swt:
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" (QS. Al An’aam: 162-163).
Firman Allah swt dalam Al Quran:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya, dan dia ingat Tuhan-Nya, dan dia mendirikan sholat. (QS. Al A’la: 14–15)
Marilah kita gunakan kesempatan yang baik ini bagi orang-orang yang mampu, agar melaksanakan amal Qurban ini. Kerelaan berqurban yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim tadi hendaklah kita terapkan pada semua aspek kehidupan kita. Hendaklah kita berani mengorbankan kepentingan pribadi, kepentingan keluarga, kepentingan suku, golongan dan organisasi untuk kepentingan agama, masyarakat umum dan negara.
Tanpa adanya kesediaan berqurban, maka janganlah diharapkan datangnya kejayaan dan kebahagiaan, berkembangnya syi’ar agama bahkan jangan pula diharapkan datangnya suatu keadaan masyarakat yang adil dan makmur yang penuh ampunan Allah.
Marilah segera kita akhiri praktek-praktek hidup yang tidak sesuai tuntunan agama Allah, seperti egoisme, gila kedudukan dan harta sehingga cara tidak legal, tidak terpuji pun ditempuh, korupsi, dan perbuatan laknat lainnya.
Sebaliknya, marilah kita tingkatkan amal-amal kebajikan, kerelaan berqurban untuk kepentingan masyarakat luas sebagai bukti semakin meningkatnya iman dan taqwa kita kepada Allah swt.
Kesediaan berqurban adalah termasuk bahagian dari JIHAD yang mulia. Jihad adalah bahagian dari ibadah, bahkan bahagian dari IMAN. Al-Quran dalam berbagai ayat memerintahkan kita ummat Islam untuk terjun dalam jihad. Tapi perlu dicatat betul, lain JIHAD, lain terroris. JIHAD adalah wajib. Terroris adalah perbuatan laknat, terkutuk.
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia.
Hari Raya ini juga disebut hari Raya Haji:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, tidak berbuat fasik dan tidak bertengkar dan berbantah-bantahan di dalam masa haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Q.S. Al Baqarah: 197).
Haji adalah model minatur kehidupan. Nilai-nilai yang ada dalam pelaksnaan haji selayaknya kita semua umat Islam mempraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari kita dimana pun kita berada dan kapan pun dalam kehipun kita yang singkat ini. Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita akan suatu akhlak dengan standar yang tidak biasa, yaitu standar yang luar biasa dan sangat mulia, sebab memang itulah kelebihan agama Islam. Oleh karena itu janganlah kita terlibat berbuat