Gambar ”HUSNUL KHATIMAH: Jalan Menuju Keabadian yang Penuh Berkah


Dalam samudra kehidupan yang luas dan penuh misteri, setiap insan berlayar dengan harapan mencapai pantai keabadian yang damai. 

Di tengah gelombang ujian dan badai cobaan, ada satu dambaan yang menjadi pemandu arah: husnul khatimah, akhir yang baik dalam naungan ridha Ilahi.

Husnul khatimah bukan sekadar penutup dari perjalanan hidup, melainkan puncak dari pendakian spiritual yang ditempuh dengan penuh kesungguhan. 

Ia adalah cermin yang memantulkan seluruh amal, niat, dan perjuangan yang telah dilalui. Seperti senja yang memancarkan cahaya keemasan sebelum tenggelam dalam pelukan malam, husnul khatimah menjadi penanda keindahan akhir dari sebuah kisah kehidupan.

Dalam perspektif tasawuf, husnul khatimah dipandang sebagai anugerah Ilahi yang diberikan kepada hamba-Nya yang senantiasa menjaga kemurnian hati dan keikhlasan dalam beramal. 

Para sufi menekankan pentingnya mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam membersihkan jiwa dari segala penyakit hati, seperti riya, ujub, dan hasad, agar dapat mencapai maqam husnul khatimah.

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar dalam dunia tasawuf, mengingatkan bahwa suul khatimah (akhir yang buruk) berkaitan erat dengan keyakinan seseorang. Kekeliruan dalam berkeyakinan terhadap Allah, seperti aqidah ahli bid'ah, dapat menyebabkan seseorang meninggal dunia dalam keadaan suul khatimah. 

Oleh karena itu, menjaga kemurnian aqidah dan menjauhi segala bentuk kesesatan menjadi kunci penting dalam meraih husnul khatimah.

Selain itu, doa menjadi senjata ampuh bagi seorang Muslim dalam mengharap husnul khatimah. Memohon kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan iman dan Islam, serta dijauhkan dari fitnah dunia dan akhirat, merupakan bentuk tawakal dan penghambaan yang tulus. Doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُسْنَ الْخَاتِمَةِ

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu husnul khatimah."

menjadi lantunan harapan yang senantiasa dipanjatkan oleh mereka yang merindukan akhir kehidupan yang baik.

Merenungi makna husnul khatimah mengajak kita untuk senantiasa introspeksi diri, memperbaiki amal, dan mempertebal keimanan. Hidup di dunia hanyalah sementara, dan setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. 

Oleh karena itu, persiapan menuju akhirat dengan memperbanyak amal shalih, menjaga lisan dan perbuatan, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan menjadi bekal utama dalam meraih husnul khatimah.

Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang diberi taufik dan hidayah oleh Allah SWT untuk meraih husnul khatimah, sehingga ketika tiba saatnya menghadap Sang Khalik, kita disambut dengan ridha-Nya dan ditempatkan di surga-Nya yang abadi.

Untuk menggapai husnul khatimah, para ulama menganjurkan beberapa ikhtiar yang dapat dilakukan oleh setiap Muslim antara lain:1. Menjaga Iman dan Ketakwaan secara Istiqamah: Selalu bertakwa kepada Allah SWT di mana pun dan kapan pun kita berada. Husnul khatimah harus diupayakan secara terus-menerus dan selalu dimintakan kepada Allah SWT agar diberi husnul khatimah. 2. Memperbaiki Lahir dan Batin: Membersihkan niat dan tujuan dalam beramal, semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Berusaha sungguh-sungguh memperbaiki diri, baik secara lahiriah maupun batiniah.3. Berdoa agar Diwafatkan dalam Keadaan Iman: Memohon kepada Allah SWT agar diwafatkan dalam keadaan Islam dan dijauhkan dari fitnah dunia dan akhirat. Doa menjadi senjata ampuh bagi seorang Muslim dalam mengharap husnul khatimah.4.Senantiasa Berdzikir kepada Allah dalam Segala Keadaan: Menguatkan hubungan dengan Allah SWT melalui dzikir, sehingga hati selalu mengingat-Nya. Dengan berdzikir, kita dapat menjaga hati dari godaan setan yang berusaha menyesatkan di saat akhir menjelang kematian. 

Selain itu, terdapat tanda-tanda yang menunjukkan seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatimah, antara lain: Mengucapkan Kalimat Syahadat saat Wafat: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang akhir perkataannya 'La ilaha illallah' maka dia akan masuk surga.". Hal lain adalah Meninggal dengan Keringat di
Dahi: Rasulullah SAW bersabda, "Kematian seorang mukmin ditandai dengan keringat di dahi." 
Termasuk Meninggal pada Hari atau Malam Jumat: Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang Muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur." 


Dengan memahami dan mengamalkan ikhtiar-ikhtiar tersebut, serta mengenali tanda-tanda husnul khatimah, semoga kita semua dapat meraih akhir kehidupan yang baik dalam naungan ridha Ilahi.


HUSNUL KHATIMAH MENURUT ISLAM

Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih :
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ.

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. [HR Bukhari dan selainnya]

Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal shalih tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat Allah Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. [Ali Imran/3 : 102]

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam Shahih-nya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma, dia mengatakan :
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: إِِنَّ قُلُوْبَ بَنِيْ آدَمَ كُلُّهَا بَيْنَ أَصْبَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ : اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ.

“Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu”.

Itulah pentingnya kondisi tutup usia. Sementara itu, kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang berbuat baik di saat waktu dan usianya memungkinan, maka insya Allah akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kejelekan yang akan menimpanya. Allah tidak akan pernah menzhaliminya, meskipun sedikit.

Mengingat pentingnya masalah ini dan keharusan memperhatikannya, maka dengan memohon kepada Allah, tulisan ini kami angkat untuk menjadi pengingat kita semua.

HUSNUL KHATIMAH

Husnul khatimah (حُسْنُ الْخَاتِمَةِ), adalah akhirnya yang baik. Yaitu seorang hamba, sebelum meninggal, ia diberi taufiq untuk menjauhi semua yang dapat menyebakan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia bertaubat dari dosa dan maksiat, serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik, hingga akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini. Lawan dari kondisi ini di istilahkan dengan Suul khatimah (سُوءُ الْخَاتِمَةِ) ,adalah akhir kehidupan yang buruk, ketika seseorang meninggal dalam keadaan berpaling dari Allah atau melakukan maksiat.

Dalil yang menunjukan makna ini, yaitu hadits shahih dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ، قاَلُوُا: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ. رَواه الإمام أحمـد والترمذي وصحح الحاكم في المستدرك.

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” [HR Imam Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak.

Husnul khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada yang diketahui oleh hamba yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui orang lain.

Tanda husnul khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerahNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. [Fushilat/41 : 30].

Kabar gembira ini diberikan saat sakaratul maut, dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur. Sebagai dalilnya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ لِقَائَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَائَهُ، فَقُلْتُ: يَانَبِيَ الله! أَكَرَهِيَةُ المَوْتِ، فَكُلُّنَا: نَكْرَهُ المَوْتَ؟ فَقَالَ: لَيْسَ كَذَلِكَ، وَلَكِنِ المُؤْمِنُ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضِوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ، وَإِنَّ كَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسُخْطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَائَهُ.

“Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allahpun suka untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabi Allah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita semua benci kematian?” Rasulullah menjawab,”Bukan seperti itu. Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta SurgaNya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaanNya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allahpun membenci bertemu dengannya”.

Mengenai makna hadits ini, al Imam al Khatthabi mengatakan : “Maksud dari kecintaan hamba untuk bertemu Allah, yaitu ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya”.

Imam Nawawi berkata,”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah, saat sakaratul maut, saat taubat tidak diterima (lagi). Ketika itu, semuanya diperlihatkan bagi yang sedang naza’ (proses pengambilan nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”

TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH

Tanda-tanda husnul khatimah banyak yang telah disimpulkan oleh para ulama dengan penelitian terhadap nash-nash yang terkait. Di sini kami bawakan sebagian tanda-tanda tersebut, di antaranya :

1. Mengucapkan kalimat syahadat saat akan meninggal.
Dalilnya adalah hadits riwayat al Hakim dan selainnya, bahwasannya Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كـلاَمـِهِ : لاَ إِ لَهَ إِ لاَ اللهُ دَخـَلَ الجـَــنَّةَ.

“Barangsiapa yang akhir ucapannya  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , maka ia masuk surga”.

2. Meninggal dengan kening berkeringat.
Berdasarkan hadits riwayat Buraidah bin al Hashib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَوْتُ المُؤْمِنِ بِعِرْقِ الجَبِيْنِ. رَواه أحـمد والترمذي

“Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening”.

3. Meninggal pada malam Jum`at atau siangnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنة القبور

Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur”. [HR Ahmad dan Tirmidzi]

4. Mati syahid di medan jihad di jalan Allah, atau mati saat menempuh perjalanan untuk peperangan di jalan Allah, mati karena tertimpa sakit tha’un (pes), atau mati karena tenggelam. Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahih-nya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ

“Siapakah orang yang syahid menurut kalian?” Para sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid”. Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dari umatku sedikit,” mereka bertanya,”Kalau begitu, siapa wahai Rasulullah?” Beliau n menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka ia syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”.

5. Mati karena tertimpa reruntuhan.
Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
الشُّـهَدَاءُ خَمْسَةٌ: المَـطْعُوْنُ، المَـبْطُوْنُ، والغَـرْقُ وَصَاحِبُ الهَـدْمِ والشَّهِـيْدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ.

“Orang yang mati syahid ada lima, (yaitu) : orang yang (mati) terkena penyakit tha’un, sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang terkena reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah”.

6. Tanda husnul khatimah, yang khusus bagi wanita, ialah meninggal saat nifas, ataupun meninggal saat sedang hamil.
Dalilnya, hadits riwayat Imam Ahmad dan selainnya, dengan sanad yang shahih dari ‘Ubadah bin ash Shamit Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa syuhada’, di antaranya :
وَالمَـرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءُ شَهَادَةٍ، يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسَرِرِهِ إِلَى الجَـنَّةِ.

“Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga.”

7. Meninggal karena terbakar dan radang selaput dada.
Sebagai dalilnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan macam-macam orang yang mati syahid, termasuk orang yang mati terbakar. Demikian pula orang yang meninggal lantaran menderita radang selaput dada, yaitu bengkak yang meradang, nampak pada selaput yang ada di bagian dalam tulang-tulang rusuk.Adapun haditsnya diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunannya.

8. Diantara dalil yang menjelaskan jenis kematian syahid yang lain adalah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan an Nasaa-i dan selain keduanya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِـيْدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِِهِ فَهُوَ شَهِـيْدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِـيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِه فَهُوَ شَهِـيْدٌ.

Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya, maka ia syahid. Dan barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia syahid.

9. Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan) di jalan Allah Ta`ala.
Berdasar hadits riwayat muslim dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ

“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah”.

10. Meninggal dalam keadaan melakukan amal shalih.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala) Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surg. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bershadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. [HR Imam Ahmad dan selainnya]”.

Demikian beberapa tanda husnul khatimah yang telah disimpulkan dari berbagai nash. Syaikh Muhammad Nashirudin al Albani mengingatkan hal itu di dalam kitab beliau, Ahkamul Janaiz.

Akan tetapi, ketahuilah wahai saudara-saudaraku, bahwa terlihatnya salah satu di antara tanda-tanda itu pada satu mayit, bukan berarti dia pasti menjadi penduduk Surga. Namun diharapkan, itu sebagai pertanda baik baginya. Sebagaimana jika tanda-tanda itu tidak pada satu mayit, maka janganlah divonis bahwa seseorang ini tidak baik. Semua ini merupakan masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla.

PENYEBAB HUSNUL KHATIMAH

1. Faktor terpenting, yaitu kontinyu melakukan ketaatan dan bertakwa kepada Allah. Intinya ialah merealisasikan tauhid, menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan segera bertaubat dari perbuatan haram yang melumurinya. Tindakan yang paling diharamkan adalah syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil. Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. [an Nisaa/4 : 48].

2. Hendaknya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan sungguh-sungguh agar diwafatkan dalam keadaan beriman dan bertakwa.

3. Hendaknya mengerahkan segala kemampuan dalam memperbaiki diri, secara lahir dan batinnya, niat dan maksudnya diarahkan untuk memperbaiki diri. Ketentuan Allah di alam ini telah berlaku. Allah memberikan taufik kepada orang yang mencari kebenaran. Allah akan mengokohkannya di atas al haq serta menutup amalnya dengan al haq itu.

SU`UL KHATIMAH

Su’ul khatimah (akhir yang buruk) adalah, meninggal dalam keadaan berpaling dari Allah SWT.

Tidak diragukan lagi, demikian ini akhir kehidupan yang menyedihkan, selalu dikhawatirkan oleh orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjauhkan kita darinya.

Terkadang nampak pada sebagian orang yang sedang sakaratul maut, tanda-tanda yang mengisyaratkan su’ul khatimah, seperti : menolak mengucapkan syahadat, justru mengucapkan kata-kata jelek dan haram, serta menampakkan kecendrungan padanya, dan lain sebagainya.

Kami perlu menyebutkan sebagian contoh nyata kejadian tersebut.

Kisah yang dibawakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, al Jawaabul Kaafi, bahwa ada seseorang saat sakaratul maut, dia diingatkan, “Ucapkanlah :  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ “ Lalu orang itu menjawab: “Apa gunanya bagiku. Aku pun tidak pernah mengerjakan shalat karena Allah, meskipun sekali,” akhirnya ia pun tidak mengucapkannya.

Al Hafizh Rajab rahimahullah dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, menukil dari salah satu ulama, ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad, beliau berkata: “Aku menyaksikan seseorang, yang ketika hendak meninggal ditalqin (diajari) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Akan tetapi, ia mengingkarinya pada akhir ucapannya.

Kemudian Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bertanya kepadanya tentang orang ini. Ternyata ia seorang pecandu khamr (minuman keras). Selanjutnya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz berkata: “Takutlah kalian terhadap perbuatan-perbuatan dosa, karena perbuatan dosa itu yang telah menjerumuskannya”.

Hal serupa juga diceritakan oleh al Hafizh adz Dzahabi rahimahullah, ada seorang yang bergaul dengan pecandu khamr, maka saat ajal akan tiba, dan ada seseorang yang datang untuk mengajarinya syahadat, ia malah mengatakan : “Minumlah dan beri aku minum,” kemudian ia meninggal.

Al ‘Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah bercerita mengenai seseorang yang diketahui gemar musik dan mendendangkannya. Tatkala wafat menjemputnya, dia diingatkan, katakanlah :  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , (tetapi) dia justru mulai mengigau dengan lagu sampai kemudian mati tanpa mengucapkan kalimat tauhid.

Beliau rahimahullah juga berkata: “Sebagian pedagang mengabarkan kepadaku tentang karib-kerabatnya yang hampir meninggal, sementara mereka di sisinya. Mereka mentalkinkan  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , namun ia mengigau “ini murah, ini barang bagus, ini begini dan begitu,” sampai ia meninggal dan tanpa bisa melafazhkan kalimat tauhid”.

Berikut ini, kami bawakan keterangan Ibnul Qayyim rahimahullah. Komentar ini dibawakan setelah menyebutkan kisah-kisah di atas. Beliau rahimahullah berkata:

“Subhanallah, betapa banyak orang yang menyaksikan ini mendapatkan pelajaran? Apabila seorang hamba, pada saat sadar, kuat, serta memiliki kemampuan, dia bisa dikuasai setan, ditunggangi perbuatan maksiat yang diinginkannya, mampu membuat hatinya lalai dari mengingat Allah Azza wa Jalla, menahan lisannya dari dzikir, dan (begitu pula) anggota badannya dari mentaatiNya, lalu bagaimana kiranya ketika kekuatannya melemah, hati dan jiwanya kacau karena sakitnya naza’ (tercabutnya nyawa) yang sedang dia alami? Sementara saat itu, setan mengerahkan seluruh kekuatan dan konsentrasinya, dan menghimpun semua kemampuannya untuk mencuri kesempatan. Sesungguhnya ini adalah klimaks. Saat itu, hadir setan yang terkuat, sementara si hamba dalam kondisi paling lemah. Siapakah yang selamat?

Pada saat kondisi ini:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. [Ibrahim/14 : 27].

Maka, orang yang dilalaikan hatinya dari mengingat Allah, (selalu) memperturutkan nafsunya dan melampaui batas, bagaimana mungkin diberi petunjuk agar husnul khatimah? Orang yang hatinya jauh dari Allah Azza wa Jalla, lalai dariNya, mengagungkan nafsunya, menyerahkan kepada syahwatnya, lisannya kering dari dzikir, serta anggota badannya terhalang dari ketaatan dan sibuk dengan maksiat, maka mustahil diberi petunjuk agar akhir kehidupannya baik (husnul khatimah).

SUUL KHATIMAH MEMPUNYAI DUA TINGKATAN

1. Tingkatan terbesar dan terjelek.
Yaitu orang yang hatinya penuh dengan keraguan dan penentangan saat sakaratul maut, kemudian ia mati dalam keadaan seperti ini, Maka, hal ini akan menjadi penghalang antara dia dan Allah.

2. Tingkatan yang lebih rendah.
Yaitu orang yang hatinya cenderung kepada urusan dunia atau keinginan syahwatnya, lalu keinginan ini tergambar di dalam hatinya saat sakaratul maut. Biasanya, seseorang meninggal dalam kondisi yang biasa ia lakoni pada kehidupan nyatanya. Jika jelek, maka akhirnya juga jelek. Semoga Allah melindungi kita dari keduanya.

PENUTUP / KESIMPULAN

Dalam hamparan kehidupan yang fana ini, setiap insan meniti jalan yang berliku, bagaikan aliran sungai yang melewati bebatuan terjal, menuju samudra yang tak bertepi. 

Di balik setiap langkah dan hembusan nafas, terdapat harapan dan kerinduan akan pertemuan abadi dengan Sang Pencipta. 

Husnul khatimah, sebuah akhir yang baik, adalah impian yang membumbung tinggi di hati setiap Muslim yang mendamba ridha Allah SWT, menjadi puncak harapan di ujung perjalanan yang penuh makna dan kebijaksanaan.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya." Hadis ini mengalirkan pesan yang dalam, bahwa setiap langkah kehidupan adalah mozaik dari amal-amal shalih yang kita rajut hingga akhir hayat. 

Bagai butiran mutiara yang disusun dengan hati-hati, akhir yang baik mencerminkan indahnya perjalanan seorang hamba menuju keabadian yang penuh cahaya.

Para ulama yang bijak menasihati kita untuk menjaga iman dan takwa dengan penuh kesungguhan dan istiqamah. 

Seperti bintang yang tak pernah redup di malam yang kelam, iman harus selalu bersinar terang, menerangi jalan kita dengan dzikir dan doa yang tulus. Dalam setiap hembusan nafas, kita panjatkan doa agar kita wafat dalam keadaan beriman, menjadi bisikan lembut yang selalu mengiringi setiap langkah kehidupan kita.

Istiqamah dalam ketaatan adalah bekal utama dalam menghadapi misteri akhir kehidupan. Amalan-amalan shalih yang kita lakukan setiap hari adalah irama yang mengalun merdu, membawa kita semakin dekat pada pertemuan yang kekal dengan Yang Maha Kuasa. 

Di saat-saat menjelang penghabisan, tanda-tanda husnul khatimah seperti syahadat yang terucap di bibir terakhir, keringat yang mengalir di dahi, atau wafat di hari Jumat yang penuh berkah, adalah harapan yang terselip dalam setiap doa yang tulus dan ikhlas.

Namun, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui akhir dari setiap perjalanan hidup. Seperti daun yang gugur tanpa arah yang pasti, kita hanya bisa berusaha dan berdoa, memohon husnul khatimah dalam setiap langkah kita. 

Setiap dzikir yang membasahi lisan, setiap doa yang dipanjatkan dengan hati yang tulus, menjadi jembatan yang menghubungkan jiwa kita dengan kasih sayang dan rahmat Ilahi.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya, menguatkan iman dan ketakwaan kita, serta menganugerahkan husnul khatimah sebagai penutup kehidupan yang penuh makna dan keindahan. 

Biarlah setiap langkah menjadi ibadah, setiap nafas menjadi dzikir, dan setiap harapan menjadi doa yang menguatkan. Dalam dekapan kasih-Nya, semoga kita semua menemukan husnul khatimah sebagai pelabuhan terakhir, tempat di mana ruh kita berlabuh dalam kedamaian abadi.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, menjaga kita dari segala kesalahan dan kekhilafan, serta membimbing langkah kita agar selalu berada di jalan yang benar. 

Dalam setiap hembusan nafas, mari kita panjatkan doa agar akhir hidup kita dipenuhi dengan kebajikan dan keimanan yang teguh. Biarlah setiap hari menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri, untuk semakin dekat dengan-Nya, dan untuk meraih ridha dan kasih sayang-Nya.

Dalam dekapan kasih Ilahi, kita berharap dan berdoa agar saat-saat terakhir kita di dunia ini dipenuhi dengan kedamaian dan kebahagiaan, diiringi dengan doa-doa tulus dari orang-orang yang kita cintai. 

Semoga kita semua dianugerahkan husnul khatimah, akhir yang baik yang menjadi cerminan dari perjalanan hidup yang penuh dengan ketaatan dan keimanan.

Semoga Allah SWT meridhai setiap langkah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menempatkan kita di surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan abadi. Semoga husnul khatimah menjadi akhir dari perjalanan kita, dan kita semua dapat berjumpa dengan-Nya dalam keadaan terbaik. Aamiin. # Wallahu A’lam Bishawab