Gambar H.FADLI LURANG: SEORANG HUKAM?’


Di tengah majelis para ulama,
Nama Fadli Luran mengalun tanpa cela.
Tak mengenakan jubah fiqih di dada,
Namun wibawanya memancar bagai cahaya.

Bukan ia yang haus disebut ulama,
Meski tempat duduknya lebih tinggi dari mereka.
Tak bersandar pada kitab di pesantren lama,
Namun setiap geraknya adalah hikmah yang nyata.

Ada yang berkata, ia punya ilmu ghaib,
Mistik yang sulit dicerna oleh akal yang tajib.
Namun yang mengenalnya tahu ia berdiri,
Sebagai tujjār—pedagang yang hati religius tak pernah kering.

Datanglah Quraish Shihab bicara,
Saksi yang menyatu dengan masa.
"Tak ingin ia disebut ulama, memang benar adanya,
Sebab ia tak duduk dalam halaqah kitab klasik nan lama.

Namun di atas ulama ada derajat mulia,
Yaitu ḥukamā’—para bijak yang menuntun umat dengan jiwa."
Maka di IMMIM ia bukan hanya pengurus biasa,
Tapi Ketua Umum yang menaungi ulama di sekelilingnya.

Tak banyak yang bisa seperti dia,
Menjadi pedagang, namun hatinya untuk surga.
Tak hanya membangun masjid dan pesantren saja,
Tapi membangun masa depan umat dengan cinta.

Kepada seorang muda yang baru kembali,
Membantu IMMIM dengan semangat yang murni,
Beliau bertanya lembut dan pasti,
“Berapa tabunganmu kini?”

Dari jawaban sederhana itulah ia bangun rumah,
Hadiah tanpa janji, hanya dari cinta yang ramah.
Itulah ḥakīm—bukan hanya memberi, tapi memahami,
Menanam kebaikan di tanah yang tak pernah ia klaim sebagai milik sendiri.

H. Fadli Luran, bukan sekadar tokoh kota,
Tapi jejak langkahnya hidup dalam jiwa umat hingga fana.
Seorang ḥakīm, seorang tujjār,
Yang mencintai agamanya lebih dari segala yang tersiar.

Wassalam,
Kompleks GFM, 29 Mei 2025