Gambar HATIM AL-ASHAM Bertemanlah dengan Hikayat Orang-Orang Saleh!

Sang syekh menuturkan: 

“Barang siapa menunjukkan kepada dirinya setiap hal Sesuatu dari hikayat orang-orang saleh, ia telah menjaga agamanya."

Setiap jiwa yang lurus pasti tertarik untuk mencinta akhlak mulia serta orang-orang yang berakhlak mulia, 

Para wali Allah nan saleh adalah orang-orang berakhlak mulia. 

Tidaklah mereka menjadi wali kecuali setelah mereka berlepas diri dari berbagai sifat hina dan menghias diri dengan berbagai sifat terpuji. 

Baik dengan mujahadah maupun dengan pemberi an Allah. 

Dan, hikayat-hikayat mereka—lantaran ketulusannya—meresap ke dalam kalbu kita.
 Sedikitnya, hal yang bisa didapatkan oleh orang yang tekun membaca hikayat para wali adalah kekokohan cinta kepada miereka dalam kalbunya. 

Dan, kabar gembira agung untuknya adalah sabda Rasulullah saw: “Seseorang bersama siapa yang dicintainya” 

Di antara nikmat yang Allah anugerahkan kepadaku jalah taufik-Nya bagiku untuk menghimpun sebagian kabar tentang kemuliaan akhlak mereka dalam buku berjudul: Qashash al-Auliyd'.

Di antara isinya adalah hikayat yang diriwayatkan 
langsung dari Hatim sendiri. 

Yaitu, bahwa seorang perempuan datang kepadanya dengan menanyakan suatu masalah. 

Lalu keluarlah suatu suara (kentut) dari perempuan itu, maka perempuan itu merasa sangat malu. 

Hatim lalu menampakkan diri bahwa ja tidak mendengar kata-kata perempuan itu dan terus meminta perempuan itu untuk meninggikan suara dengan menampakkan diri seolah-olah tuli, sehingga perempuan itu pun merasa tenang. 

Inilah sebab yang menjadikannya disebut Hatim al-Asham (Sang Tuli)”. 

Dan, Ma'ruf al-Karkhi suatu saat duduk bersama para sahabatnya di atas Sungai Dajlah. Tiba-tiba lewatlah sekelompok remaja dalam sebuah perahu dalam keadaan menabuh alat-alat musik, minum-minum, dan berteriak-teriak. 

Para sahabatnya lalu berkata kepada al-Karkhi "Tidakkah kaulihat mereka itu bermaksiat di sungai ini? Doakanlah kepada Allah (keburukan) atas mere. ka!”

Sang syekh lalu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa, “Tuhanku dan Tuanku, sebagaimana Engkau telah gembirakan mereka di dunia, gembirakanlah mereka di akhirat.”

Para sahabatnya pun berujar, “Bukan itu yang kami maksud. Kami mengatakan: "Doakanlah (keburukan) atas mereka.”

Sang syekh menandaskan, “Apabila Allah menggembirakan mereka di akhirat, berarti Dia anugerahi mereka tobat di dunia, dan tidak sesuatu pun merugikan kalian.” 
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit..