Isu kenaikan biaya ongkos haji (ONH) yang rencana dinaikan oleh pemerintah tahun 2023 lompat 2 kali lipat lewat rilis Kementerian agama, sekiatar 69.000.000 satu minggu terakhir ini jadi berita panas dan viral mengisi ruang - ruang publik, jadi perbincangan publik di berbagai media sosial, di warung kopi dan warung pojok nasi kuning di kota dan desa. Termasuk jadi topik materi diskusi di berbagai group - group komunitas dunia maya begitu ramai, termasuk penulis ikut menyimak kebetulan banyak tulisan saya yg beredar di media cetak dan media on line di tahun 2022, ada satu judul yang beririsan dengan esensi haji yakni “ Haji Bawakaraeng” salah satu yang menjadi penyebab munculnya haji tandingan yang dilaksanakan sebagian kecil masyarakat Sinjai,Gowa dan Bantaeng yang kebetulan tinggal di wilayah kaki gunung bawakaraeng memiliki solusi murah untuk menyempurnakan keislamannya yakni tak perlu naik haji mahal ke Mekkah Baitullah cukup naik ke puncak gunung Bawakaraeng ada tempat pemujaan spritual haji menurut kepercayaan masyarakat setempat sama nilainya dengan naik haji ke baitullah di Mekkah. Sekarang tempat pemujaan dan ritual haji Bawakaraeng di tutup oleh pemerintah, namun dengan naiknya ongkos Haji (ONH) tahun 2023 dua kali lipat sekitar 69 juta oleh Kementrian agama, maka akankah dorongan masyarakat miskin yang tidak mampu mencari solusi haji murah atau gratis seperti lahirnya haji - haji Bawakaraeng. Dalam perspektif sosiologis naik haji bukan sekedar kewajiban bagi yang mampu untuk menyempurnakan keislamanya tetapi di banyak tempat budaya lokal menempatkan haji sebagai status sosial, pertarungan gensi, sehingga songkok haji jadi simbol orang mampu sekalipun mahal dan dicapai dengan cara jual sawah, jual emas tabungan, jual ternak, jual harta benda yang ada, bahkan ada sampai harus berutang demi mencapai songkok haji yang kini semakin mahal. Tahun 2023 pemerintah rencana menaikan biaya ongkos naik haji dengan segala alasan dan pertimbangan kondisi keuanggan pemerintah termasuk alasan pengurangan subsidi haji dari pemerintah namun psikologi calon jamaah haji dan masyarakat muslim sulit menerima apapun alasan pemerintah sehingga menaikan ONH calon haji tahun ini menjadi kontriversi, kontroversi dan perdebatan di ruang -ruang publik, di warung kopi ,di warung pojok nasi bungkus dan berbagai media sosial. Songkok haji itu simbol identitas muslim yang sudah naiknhaji, tapi dibalik songkok haji ada nilai spritualitas ada kekuatan keyakinan, iman yang menjadi spirit sehingga segala daya dan cara banyak kaum muslimin bantin tulan peras keringat menabung rupiah demi rupiah untuk bisa naik haji, karena ada doktrin dalam ajaran Islam yang kuat, ada janji janji mulia dan beribu kebajikan bagi yang mampu menunaikannya bahkan janji Allah begitu terpatri dalam qakbu iman, keyakinan umat Islam bahwa haji yang mabru balasan dan hadiahnya tak main main jaminan masuk surga. Sehingga melahirkan energi segar jadi sugesti dan sumber motivasi bagi masyarakat calon haji untuk susah paya berusaha menunaikan ibadah haji walau untuk ukuran manpu masih jauh dari kelayakan toh nekad mau berangkat naik haji kebaitullah. Haji bukan sekedar mampu dan hidayah tapi haji sudah menjadi pertaruhan gensi sosial, dan punya nilai estetik, haji juga sudah menjadi komuditi bisnis yang menjanjikan, haji sudah menjadi arena politik bagi masyarakat tertentu dengan kemasan tradis kultural. Mari kita bijak dalam berhaji, dan memahami esensi haji dan umrah, naik haji tak cukup mampu secara ekonomi tapi yang terpenting adalah kemampuan spritual, bekal terbaik adalah iman, dan sandaran terbaik adalah bersandar pada ridho Allah swt. Wslm