Manusia, kata orang-orang bijak sejak dahulu, adalah budak apa-apa yang dicintainya. Seperti Majnun yang mencintai Layla, hidupnya tak berarti lain kecuali Layla.
Hanya itulah makna hidupnya. Yang lain tidak penting. Tanpa Layla, tak ada kehidupan. Bersama Layla, yang paling tidak nikmat pun memberikan kebahagiaan. Seperti Romeo, hidup tak ada artinya tanpa Juliet.
Maka, ketika Juliet (dikira) mati, Romeo pun bunuh diri.
Memang, tak ada manusia bisa hidup tanpa cinta. Orang boleh mengejar apa pun dalam hidupnya, bahkan bintang di langit sekalipun.
Tapi, pada puncaknya, hanya cinta yang bisa benar-benar memuasi kebutuhannya. Hanya cinta yang bisa membuatnya bahagia
Namun, cinta juga bisa menjadi sumber kesengsaraan hidup. Entah karena cinta tidak kesampaian, arau karena ekspektasi seseorang mengenai orang yang dicintai membubung begitu tinggi sehingga besar kemungkinan akan terhempas oleh kekecewaan yang tak tertahankan, jika ekspektasi itu tidak terpenuhi.
Maka, mencintalah. Tapi, jangan salah, mencinta bukan persoalan meminta atau mengharap. Mencinta adalah persoalan memberi. Haidar Bagir, Catatan untuk Diriku