Di antara kenangan yang paling membekas tentang sosok H. Fadli Luran adalah perannya ketika dipercaya menjadi Ketua Panitia Diskusi Panel dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW 1493 H. Acara itu berlangsung pada 26–27 Desember 1982, bertempat di Gedung Jiwa dan Aula DPP IMMIM Makassar.
Dalam arsip pribadi saya, hingga kini masih tersimpan rapi daftar nama para pembicara, pembanding, dan moderator yang turut ambil bagian dalam diskusi tersebut. Di antaranya tercatat nama-nama seperti: Ir. H. Nur Abdurahman, Dr. H. M. Quraish Shihab, M.A., Drs. H. A. Rahman Rahim, Drs. Muhammad Ahmad, Drs. M. Syuhudi Ismail, Dra. A. Rasdiyanah, Drs. H. Minhajuddin, Drs. H. Harifuddin Cawidu, Drs. Anwar Arifin, Husni Djamaluddin, Drs. Tajuddin B. Rum, Drs. Nasaruddin Razak, Drs. H. Muchtar Husein, Drs. Sahabuddin Tuppu, Drs. Abu Hamid, serta Prof. Dr. Syamsu Mappa.
Diskusi hari kedua yang dipusatkan di Aula IMMIM memiliki kesan tersendiri bagi saya. Di sanalah, untuk pertama kalinya saya bertemu dengan jodoh saya—seseorang yang juga menjadi panitia dalam kegiatan itu. Momen yang begitu personal dan membahagiakan itu tak lepas dari kiprah H. Fadli Luran yang menjadi penggerak utama acara.
Ia tampak sangat bahagia melihat kegiatan tersebut berjalan lancar. Bahkan, ketika ia harus meninggalkan Makassar untuk menjalankan tugas di Fakultas Syariah cabang Watampone, ia merasa gelisah. Ia menelepon ke petinggi IAIN Alauddin agar dirinya bisa kembali ke Makassar. Dan benar, tak lama kemudian, saya pun dipindahkan ke Fakultas Syariah pusat di Makassar. Bantuan dan perhatian beliau terhadap saya begitu tulus dan bermakna.
Terima kasih, H. Fadli Luran, atas segala bantuanmu. Semoga Allah SWT menempatkanmu di sisi-Nya yang mulia. Engkau telah mengajarkan kepada kami betapa pentingnya bersatu dalam akidah ushūliyyah dan bersikap toleran dalam masalah furū’iyyah. Engkau telah meneladankan makna sejati dari doa Nabi Ibrahim AS dalam QS al-Syu‘arā’ (26): 84:
واجعل لي لسان صدق في الآخرين "Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian."
H. Fadli Luran telah menunjukkan kepada kita bahwa sebelum menghadap Sang Khalik, sebaiknya kita meninggalkan jejak amal jariyah yang indah. Bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk pemikiran dan cita-cita luhur, seperti yang beliau impikan: mempersatukan umat.
Kini, tanggung jawab itu berada di pundak generasi setelahnya. Semoga kita dapat melanjutkan perjuangan dan gagasan-gagasan mulia beliau. Āmīn.
Wassalam, Kompleks GPM, 10 Mei 2025