Gambar FOOTNOTE HISTORIS: PERANTAUAN ORANG MANDAR

Pada 8 Desember 2018, saya diundang ke Jakarta sebagai nara sumber tentang aktualisasi nilai-nilai Kemandaran pada MUBES KKMSB. Saya bersyukur bisa hadir dan sekaligus mengikuti kegiatan panitia. Lebih dari itu, saya berkesempatan bertemu banyak perantau orang Mandar dari berbagai penjuru tanah air. Dalam suasana musyawarah itu menumbuhkan kesadaran baru dalam hati bahwa ternyata manusia Mandar adalah manusia perantau. Sebagaimana halnya manusia Bugis dan manusia Minang. Saya teringat ketika masih di S1 tahun 1979. Di sana, saya membaca tentang perantauan orang Mandar jauh sebelum kemerdekaan. Dahulu dikenal istilah Papadang, artinya orang Mandar yang berdagang sampai ke Padang. Sampai sekarang, dokumen foto para pedagang Mandar di Padang tahun 1923 masih saya arsipkan. Mereka berfoto di sana ketika membentuk organisasi Syarikat Mandar, yaitu H. Jahyadin Puang Lembang, dari Karana, H. Johari dari Pambusuang,  Yahya dari Babarura. Di tengah foto itu duduk Abdul Muis, tokoh dan pengurus Syarikat Islam pusat. 

Dalam oral history Mandar dikenal istilah Passaklak, artinya orang Mandar yang merantau sampai ke Selat Malaka. Saya pun teringat seorang ulama kharismatik Mandar, Annanggurutta Haji ⁿ Tahir yang lebih dikenal Imam Lapeo. Beliau telah mengglobal sebelum era globalisasi. Dia ulama Mandar perintis manusia diaspora Mandar sampai ke Istambul Turki, sehingga beliau disapa oleh keluarganya, Kanne Ambul, yaitu nenek yang datang dari Istambul. Di Istambullah ia menerima tarekat Syadzaliah yang kemudian dikembangkan di Mandar. 

Dalam suasanan Mubes KKMSB, saya menemui Bapak Gubernur Sulawesi Barat yang duduk bersama Ketua KKMSB dan beberapa tokoh Mandar lainya, saya mengusulkan agar diinisiasi penelitian tentang "Perantauan Orang Mandar." Diusahakan lewat penelitian mendalam, yaitu penelitian disertasi. Akhirnya, sebelum menyampaikan materi di depan peserta Mubes KKMSB, saya menjadikan pendahuluan tentang perbincangan Perantauan orang Mandar. 

Penelitian tentang Perantauan Orang Mandar adalah sangat urgen, sehingga kita bisa mengetahui:
1. Berapa jumlah orang Mandar di luar Sulbar. Bahkan ada perkiraan bahwa orang Mandar di luar Sulbar lebih banyak daripada yang ada di Sulbar sendiri. Tentu saja perlu validasi dengan menunggu hasil penelitian.
2. Peta Perkampungan orang-orang Mandar di Indonesia, seperti perkampungan Orang Mandar di Nusa Tenggara Barat, di pesisir Teluk Tomini, beberapa daerah di Jawa Timur, di Pankajene Kepulauan, dan beberapa daerah lainnya.
3. Apa yang melatarbelakangi mereka meninggalkan lita pimbolongatta?
4. Kapan mereka mulai meninggalkan?
5. Potensi mereka dari segi SDM, dan seterusnya.

Jika itu semua bisa dipetakan, maka akan lebih mudah bisa membantu dalam akselerasi pembangunan di Sulawesi Barat yang sangat dibutuhkan sebagai provinsi baru. Mungkin ini juga bisa dijadikan program unggulan pengurus baru KKMSB, Asri Anas. Seperti dikemukakan bahwa ide ini pada telah saya sampaikan pada Bapak Gubernur Sulbar, Rektor UNM, dan tokoh Mandar lainnya. Mereka menyambut gembira. Jika hal itu dilakukan lewat penelitian disertasi, tentu saja saya siap sebagai promotor.

Wassalam,
Makassar, 28 Febr. 2024