Gambar FOOTNOTE HISTORIS: ORANG PINTAR DAN ORANG BAHLUL

Dalam kitab suci memang dipertanyakan, apakah sama orang pintar dan orang bahlul? Kemudian Tuhan sendiri menjawanya. Pasti tidak sama!
Pertanyaa ini muncul setelah menyaksikan debat ketiga capres yang terpilih. Semakin pintar seseorang semakin gembira menerima pertanyaan sesulit bagaimana pun, juga akan turut kepercikan berkah adalah orang yang hadir mendengarkan jawaban berlian dari pertanyaan tadi. Sebaliknya, orang bebal semakin sulit pertanyaan yang diterima akan membuatmya kesulitan dan membawa malapetaka baginya, karena itu yang disalahkan si penanya. Menurutnya pertanyaan yang baik adalah jika pertayaannya ketahui. Tidak heran jika ia berkata, "Kamu tak pantas bicara bertanya tentang ethik, atau kami hanya bisa ngomong-ngomong biasa saja. Hal ini sebagai kompensasi atas ketidakmampuannya, kata Imam Syamsi Ali, pemirsa dari New York, pada hal kesempatan menjawab hanya diberikan panitia dua menit. Mulailah sudah tidak keru-keruang diganti dengan emosi. Karena itu, psyikolog berpendapat, jika ingin memenangkan sebuah perdebatan, maka pancinglah lawan bicara dengan emosi. Ketika seorang emosi dalam sebuah diskusi adalah pertanda awal dari sebuah kekalahan dan tidak lagi bisa mengelaborasi jawaba.

Itulah yang saya saksikan pada diskusi capres 7 Januari 2024. Asal jangan bertanya pada pendukungnya masing-masing, sebab mereka sudah tertutup nafsu kekuasaan.

Wasalam,
Kompleks GPM, 11 Jan. 2024