FOOTNOTE HISTORIS: NABI MUHAMMAD SAW. DAN WARISAN INTELEKTUANYA (1)
Setelah menulis lebih 22 intelektual muslim di dunia pada semester ke III pada S3 prodi sejarah PPs UIN Alauddin Makassar, ternyata ada yang juga mengusulkan sekalian melengkapinya tulisan Sejarah Intelektual Muslim yang diajarka pada S2 semester II. Untuk itu, mulai hari ini secara berturut-turut saya mulai menulis seperti tersebut di atas. Tentu saja dengan tujuan untuk dijadikan buku.
Yusuf al-Makassari, beliau dilahirkan di Goa, Sulawesi Selatan pada 8 Syawal 1036 H/3 Juli 1629 M. lingkungan tempat al-Makassari hidup adalah lingkungan yang agamis. Oleh karena itu, tak heran bila ia memiliki semangat dan kemauan yang kuat untuk belajar agama Islam lebih dalam. Al-Makassari mengawali belajarnya kepada guru kerajaan yang bernama Daeng Ri Tasammang. Bidang keilmuan yang dipelajari al-Makassari saat itu yakni fiqh, tauhid, dan tasawuf. Ketika usianya menginjak 18 tahun, al-Makassari memutuskan pergi ke Banten untuk melanjutkan aktivitasnya dalam mencari ilmu. Ia berangkat pada tanggal 22 September 1644 dengan menumpang kapal Melayu
Syekh Yusuf al-Makassar, yang dikenal juga sebagai Tuan Guru, adalah seorang ulama dan pemikir Islam yang berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia. Ia hidup pada abad ke-17 dan berperan penting dalam perkembangan Islam di wilayah tersebut dan dalam sejarah perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Sebagai seorang intelektual, Syekh Yusuf al-Makassar terkenal karena kontribusinya dalam bidang agama, khususnya dalam ajaran Islam. Ia dikenal sebagai seorang ulama yang mendalami ilmu agama Islam, terutama dalam bidang tafsir Al-Quran. Selain itu, ia juga memiliki pengetahuan dalam ilmu tasawuf atau mistisisme Islam.
Syekh Yusuf al-Makassar juga merupakan seorang pejuang melawan penjajahan Belanda. Ia dipenjarakan oleh pemerintah kolonial Belanda dan akhirnya diasingkan ke Afrika Selatan. Selama di pengasingan, ia terus berperan sebagai seorang pemimpin spiritual dan intelektual bagi komunitas Muslim di sana.
Penting untuk dicatat bahwa peran Syekh Yusuf al-Makassar sebagai seorang intelektual dan pejuang kemerdekaan terutama berfokus pada konteks sejarah dan perjuangan di wilayah Indonesia pada masanya. Peran serta kontribusinya dalam bidang agama dan perlawanan terhadap penjajahan Belanda menjadikannya figur penting dalam sejarah Indonesia.
Menurut hasil penelitian Prof. Dr. Hj. Nabila lubis di tiga benua, pertama di Eropa, Leiden University, di Afrika Selatan di Cape Town, di Asia, Banten dan Makassar bahwa terdapat sejumlah 23 buah buku sebagai hasil penelitian Syekh Yusuf. Buku itu ditulis dib banyak tempat, termasuk di Pulau Golombo dan Africa Selatan katika diunsikan ke sana.
Syekh Yusuf seakan menimggalkan pesan imajiner, "Jika ingin dikenang sejarah, maka menulislah, tetapi jika ingin dilupapakan sejarah, maka jangan menulis. Dengan tulisan Syekh Yusuf sebanyak 23 buah buku, ia diteliti dan diditeliti para scholar sampai saat ini.
Wasalam, GFM, 2 NOVEMBER 2023 M/17 R. Sani 1445 H