Gambar FOOTNOTE HISTORIS: NABI MUHAMMAD SAW. DAN WARISAN INTELEKTUAL (13)

FOOTNOTE HISTORIS:
NABI MUHAMMAD SAW. DAN WARISAN INTELEKTUAL (13)
by Ahmad M. Sewang

Prof. Dr. Harun Nasution lahir pada tanggal 18 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Harun adalah keturunan ulama, meski gagasan Harun tergolong moderat. Semenjak dia lahir, Harun melanjutkan pendidikannya di bermacam tajap pendidikan, walaupun pendidikan Islam atau pendidikan umum. Dari situlah berkenalan dengan para ahli Islam kontemporer. Hal ini kemudian dibenarkan oleh McGillInstitute of Islamic Studies, Montreal Canada, ketika ia menjadi mahasiswa di sana. Karena pengalaman hidupnya yang beragam, ia berniat untuk meningkatkan Islam diindonesia melalui IAIN. Usaha pertama Harun Nasution untuk mengembangkan Islam di Indonesia adalah di wilayah pemikiran Islam. Dalam hal ini, Harun Nasution berusaha menciptakan beberapa buku dan karya ilmiah yg berhubungan dengan Islam, antara lain buku Islam Ditinjau dari Berbagai Sisi, kemudian menjadi buku wajibdi beberapa IAIN Indonesia. Setelah itu dalam dunia pendidikan yaitu setelah menjadi Rektor IAIN padatahun 1973. Pada masa beliau banyak terjadi perobahan yg penting dalam dunia pendidikan, diantaranya pemutakhiran pembelajaran sertapenambahan staf pengajar untuk memajukan IAIN. 

Harun Nasution dikenal sebagai seorang intelektual Muslim yang banyak memperhatikan pembaruan Islam dalam arti yang seluas-luasnya, tidak hanya terbatas pada bidang pemikiran saja seperti teologi, mistisisme (tasawuf) dan hukum (fiqih), akan tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan kaum Muslimin.

Beliau dikenal sebagai salah satu pemikir terkemuka dalam pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Karya-karyanya, seperti "Islam Rasional: Kritik Terhadap Pemikiran Ibn Taymiyyah" dan "Islam Doktrin dan Peradaban," telah memberikan kontribusi besar1 dalam pemahaman Islam yang bersifat rasional dan terbuka terhadap perkembangan zaman. Beliau juga aktif dalam mendukung dialog antaragama di Indonesia.

Pada posisi ini, Harun pernah dijuluki sebagai tokoh Neo-Mu'tazilah Indonesia, karena dianggap terlalu mengagungkan peran akal, berkiblat kepada aliran Mu'tazilah dengan sifat Qadariah-nya, yang berdasar pada peran akal dalam kehidupan.

Harun Nasution berpendapat bahwa keterbelakangan umat Islam tak terkecuali di Indonesia adalah disebabkan oleh lambatnya mengambil bagian dalam proses modernisasi dan dominannya pandangan hidup tradisional, khususnya teologi Asy’ariyah.

Wasalam,
Kompleks GFM, 21 NOVEMBER 2023 M/7 J. Awal1445 H