2. a. Ada upaya untuk meningkatkan dialog terus-menerus antara dua sekte ini: Katolik dan Protestan. b. Banyak kelompok ekumenis bekerja untuk menemukan titik temu dan memperkuat persatuan dalam iman Kristen, meskipun masih ada perbedaan yang signifikan.
3. Tantangan dan Harapan: a. Meskipun ada keinginan beberapa pihak untuk mencapai persatuan. b. Perbedaan teologis mendalam telah berlangsung dalam sejarah panjang, tetap menjadi penghalang. Namun demikian, tidak bisa jadi rintangan untuk tetap menyatukan. Hal yang sama juga ditemukan dalam Islam antara Sunni dan Syiah yang akan dibahas setelah artikel ini.
c. Meski demikian, Katolik dan Protestan sering bekerja sama dalam isu-isu sosial. d. Bekerjasama seperti bantuan kemanusiaan, pendidikan, dan upaya perdamaian.
4. Potensi Penyatuan: a. Beberapa orang berkata: penyatuan tidak harus berarti penggabungan dua institusi. b. Jika bersatu secara formal masih sulit. Kenapa tidak berpikir yang mungkin? yaitu berupa kesatuan dalam semangat dan misi bersama sebagai pengikut Kristus. c. Penekanan pada saling menghormati, memahami perbedaan, dan mencari persamaan adalah jalan yang lebih realistis daripada penggabungan secara formal.
d. Secara umum, upaya menuju dialog dan kolaborasi, penyatuan penuh antara Gereja Katolik dan Protestan tampaknya belum mungkin dalam waktu dekat. e. Namun, usaha untuk saling mendekati, memahami dan bekerja sama di berbagai bidang kehidupan terus harus berlanjut yang menunjukkan optimis bahwa persatuan dalam perbedaan adalah mungkin.
Akhirnya, selama setahun di Leiden, saya gunakan betul kesempatan untuk penelitian bahkan begitu dekatnya saya dengan Pendeta Slob saya diundang mengikuti lingkaran pengajian Prof. Dr. Akun di Roterdam. Karena Pendeta Slob adalah seorang wanita, maka saya panggil menemani saya Dr. Nurnaningsi, teman dari Makassar, semata-mata untuk menghindari fitnah. Semua fasilitas berasal dari Pendeta Slob, mulai dari karcis masuk sampai transportasi, semua beliau tanggung. Saya sangat sedih mendengar dari Pendeta Zakaria Ngelow bahwa Pendeta Slob baru saja dipanggil Tuhan. Saya berdoa semoga Pendeta Slob bahagia di sisi-Nya. Yang sangat mengherankan bagi saya setelah tiba di tempat pengajian: 1. Peserta pengajian Prof. Dr. Arkun di Retterdam, saya saksikan pesertanya 0 ppmayoritas beragama Kristen daripada umat Islam. 2. Prof. Dr. Arkun seorang asal al-Jazair dan Guru Besar di Sarbon University, Prancis, tetapi begitu cerdas dalam metodenya membawakan pengajian sehingga bisa diterima semua peserta dari berbagai latar belakang agama yang berbeda. Suatu ketika setibanya di tanah air, saya diundang memberi ceramah Halalbihalal di Sorong Papua. Kebetulan Bupati dan pesertanya lebih banyak beragama Kristen, saya tinggal mengcpy paste metode Prof. Arkun di atas, saya merasa tak ada kesulitan sedikit pun. (Habis)
Wasalam, Kompleks GFM, 8 Okt. 2024