Menkominfo Budi Arie Diminta Harus Mundur. Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas menilai pembobolan Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjadi bukti nyata jebloknya kinerja Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi. Dia Bikin Malu Indonesia di Mata Dunia.
Permintaan ini adalah perbuatan sia-sia. Menurut pesan orang tua yang dihimpun dalam pepatah lama bahwa. "Bagai mencari jarum di tu.pukan jerami". Mengingat Indinesia tidak punya tradisi atau budaya mundur dari jabatan. Menurut sebagian orang, "Jabatan terlalu enak dinikmati." Berbeda negara lain seperti Jepang, lebih baik mati dibanding harus menanggung malu sepanjang hidupnya.
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, menilai pembobolan Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjadi bukti nyata jebloknya kinerja Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi.
PDN Kominfo diretas oleh hacker sudah satu minggu. Serangan hacker ini mengakibatkan sejumlah layanan publik termasuk layanan keimigrasian terganggu. “Saya kira, begitu bangganya dia menerima perintah langsung dari Presiden Jokowi tanpa adanya koordinasi dengan lembaga negara lain,” kata Fernando. Dalam keterangan tertulis yang diterima tvOnenews.com,
"Saya kira pembobolan PDN berawal saat Menkominfo Budi Arie Setiadi memblokir judi online. Begitu bangganya dia menerima perintah langsung dari Presiden Jokowi tanpa adanya koordinasi dengan lembaga negara lain," kata Fernando, dalam keterangan tertulis yang diterima tvOnenews.com.
Kita kembali kepada Budaya mundur dari jabatan di Jepang, atau yang dikenal sebagai "jishoku", karena memiliki beberapa alasan budaya yang kuat:
1. Tanggung Jawab dan Kehormatan: Di Jepang, tanggung jawab pribadi dan kehormatan adalah nilai-nilai yang sangat dihargai. Jika seseorang merasa bahwa mereka telah gagal dalam tugasnya atau menyebabkan masalah, mereka mungkin memilih untuk mundur sebagai bentuk tanggung jawab dan untuk menjaga kehormatan mereka serta organisasi yang mereka wakili.
2. Budaya Gengsi: Dalam banyak kasus, kegagalan dalam pekerjaan atau skandal bisa dianggap sebagai aib tidak hanya bagi individu tersebut, tetapi juga bagi keluarga dan organisasi.
3. Tekanan Sosial: Tekanan dari masyarakat dan media juga berperan besar. Ketika terjadi skandal atau kegagalan, ada ekspektasi dari masyarakat bahwa individu yang terlibat akan mengambil langkah mundur sebagai bentuk penyesalan dan tanggung jawab.
4. Contoh dalam Sejarah dan Tradisi: Jepang memiliki banyak contoh historis di mana pemimpin atau pejabat tinggi mundur dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab. Tradisi ini berlanjut hingga zaman modern dan menjadi bagian dari norma sosial.
Pengunduran diri bukan hanya tindakan individu, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya yang lebih luas dalam masyarakat Jepang.
Wasalam, Kompleks GFM, 28 Juni 2024