Suatu ketika dalam musim panas saya mendapat summer card dari pemerintah Belanda yang bisa digunakan keliling Negeri "Kincir Angin" dalam tiga hari selama sepuluh hari. Kesempatan itu saya gunakan untuk ke pulau Texan, tempat dahulu para petualang Belanda pertama kalinya start menuju ke Nusantara abad ke-16.
Mengelilingi Belanda tidaklah sulit, luasnya sama dengan Jawa Barat dan tidak ada demonstrasi serta kendaraan umum pun lancar. Penduduk Belanda tidak sampai 15 juta jiwa. Dari sini saya merenung bahwa negara kecil seprti ini bisa-bisannya menjajah Nusantara yang berpenduduk sekarang 270 juta. Tentu saja kurang dari itu jika dilihat pada abad ke-16. Sama dengan populasi negeri Kincir Angin jika dilihat awal abad ke-16. Di sinilah pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan. Dengan dominasi ilmu pengetahuan mereka menjajah Nusantara selama 350 tahun.
Dari SUMMER CARD saya gunakan betul berkeliling melihat kelebihan negeri "Keju" dari Laut Utara Belanda sampai ke perbatasan Jerman sebelah selatan. Dari Mastrik, perbatasan Barat Belanda atau negara Laxemburk sampai ke Pulau Texan, Pulau kecil terketak di pintu gerbang bagaian Timur Belanda. Pulau ini penting bagi saya pribadi sebagai sejarawan, karena di pulau inilah ekspedisi pertama Belanda berangkat ke Nusantara awal abad ke-16. Lagi pula summer card sangat inklusif bagi saya karena dari enam rombongan seangkatan di INIS, saya hanya yang mendapatkan kartu itu. Saya masih ingat waktu itu, saya bawa termos termasuk roti sebagai persiapan bekal di jalanan. Namanya mahasiswa saat itu, berangkat ke Pulau Texan dengan bawa bekal naik kapal laut. Saya memang ditanya pemeriksaan di kapal; mana karcisnya? Saya hanya perlihatkan SUMMER CARD.
DARI PULAU TEXAM, BELANDA MENUJU BANTEN, NUSANTARA
Walaupun jarak perjalanan antara Pulau Texam dengan Nusatara jauh melintasi lautan luas. Sekalipun harus melewati rintangan dan penyakit, pada akhirnya ekspedisi ini tiba di Banten, Indonesia. Mereka tiba pelabuhan lada terbesar di Nusantara, tahun 156 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka segera mendapat tantangan dari Portugis yang sudah lebih dahulu ada di Nusantars dan penduduk pribumi. Houtman meninggalkan Banten menuju ke timur dengan menelusuri pantai utara Pulau Jawa. Ekspedisi ini mengalami rintangan dan wabah penyakit. Akhirnya tahun 1597 sisa tiga dari empat kapal dengan 87 dari 247 awaknya yang bisa sampai kembali ke negeri Belanda. Sejalan dengan itu, dari segi tujuan utama menemukan daerah penghasil rempah-rempah ekspedisi ini dianggap berhasil sebagai perintis jalan pada ekdpedisi selanjutnya. Sebab sejak itu mulai banyak perusggahan berdatangan bahkan mulai terjadi penjajahan selama 350 tahun. (Baca buku Karel A. Steembrink, Datch Colonialism and Indonesian Islam).
Wasalam, Komleks GFM, 18 Juni 2024