Hijrah bukan hanya peristiwa religius tetapi juga momen yang menegaskan kemanusiaan dan kepemimpinan Muhammad saw. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana beliau menghadapi tantangan dengan bijaksana yang menginspirasi umat Muslim hingga kini.

Perjalanan Hijrah
– Kamis, 27 Safar 1 H (13 September 622 M): Meninggalkan Mekah dan tinggal selama tiga hari di Gua Tsur dekat Mekah.

– Senin, 1 Rabiul Awal 1 H (16 September 622 M): Meninggalkan Jabal Tsur menuju Yathrib (Madinah).

– Senin, 8 Rabiul Awal 1 H (23 September 622 M): Tiba di Quba, dekat Madinah, dan tinggal beberapa hari di sana.

– Jumat, 12 Rabiul Awal 1 H (27 September 622 M): Tiba di Madinah.
Inilah empat analisa dalam menapaktilasi perjalanan hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah. Muhammad sebagai basyar yang juga menghindari segala bentuk penderitaan yang ingin mencelakakannya, karena itu beliau hijrah ke Madinah dengan melalui jalannan yang tidak biasa digunakan untuk menghindari mata-mata kafir Quraisy, tetapi dalam diri beliau juga berpadu sebagai manusia pilihan, penerima wahyu, yang sewaktu-watu mendapat pertolongan ilahi. Analisa ini merupakan pengembangan dari mata kuliah Sejarah Peradanan Islam (SPI) di semister I PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berjudul, "Muhammad saw. sebagai Pemimpin Agama dan Pemimpin Negara." dibawa bimbingan al-marhum Prof. Dr. Harun Nasution. (Habis)

Wasalam,
Kompleks GPM, 26 Agustus 2024