Sebagai basyar Muhammad juga mengalami sakit jika disakiti karena itu maka beliau menghindar dari penyiksaan kaum Quraisy dengan Hijrah ke Madinah atau tempat yang lebih aman. Untuk itu beliau menyusun strategi dengan hijrah ke Madinah. Di sininilah peranan keluarga Abu Bakar al-Shiddiq sangat besar sekali jasanya dalam peristiwa Hijrah Nabi saw. Nabi memberitahukan Abu Bakar bahwa sudah saatnya, pergi hijrah malam ini, dan beliaulah yang ditetapkan sebagai satu-satunya sahabat untuk menyertai Nabi berhijrah. Dengan ketetapan itu, Abu Bakar merasakan kebahagiaan luar biasa, bahagia bercampur haru, sehingga air matanya menetes. Tidak ada yang mengetahui persembunyian Nabi di Gua Tsur, kecuali keluarga Abu Bakar yaitu Abdullah, putera beliau, dan kedua puterinya Asma’ dan ‘Aisyah serta pembantu setianya Amir bin Fuhaira. Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah orang Quraisy sebagai intel, untuk menyadap informasi mengenai sikap kaum Quraisy terhadap Muhammad. Amir bertugas menggembalakan ternak milik Abu Bakar, untuk menghapus jejak apabila Abdullah mengirimkan makanan ke Gua Tsur, menyiapkan susu dan daging. Asma’ dan ‘Aisyah memasak menyediakan makanan di rumah kemudian di antarkan oleh Abdullah untuk Nabi dan ayahnya. Setiap Abdullah berangkat ke Gua Tsur atau kembali, di belakangnya selalu diikuti oleh Amir dengan ternak kambingnya yang banyak, menghapus jejak Abdullah, agar tidak diketahui oleh musyrik Quraisy. Sebelum Nabi memasuki Gua Tsur, Abu Bakar, yang dipercayakan mengawal Nabi saw. sangat memproteksi Nabi dengan masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan gua itu, apakah aman untuk bersembunyi atau tidak. Dalam gua itu biasanya ditempati oleh binatang-binatang buas dan serangga berbisa. Setelah Abu Bakar memeriksanya dan dianggap aman, baru memberitahu Nabi agar beliau sudah bisa masuk ke dalamnya. Dalam gua itu, karena sangat lelah, Nabi tertidur, meletakkan kepalanya di paha Abu Bakar. Kaki Nabi terlihat melepuh bengkak, karena beliau berjalan tanpa alas kaki.
Waktu memangku Nabi yang sedang tidur itu, tiba-tiba Abu Bakar melihat di dekat jempol kakinya ada lubang yang luput dari pengamatannya. Dari lubang itu akan keluar kalajengking besar yang siap menyengat. Abu Bakar segera menutup lubang itu dengan ibu jari kakinya. Segera setelah itu dirasakan olehnya sengatan kalajengking yang sangat menyakitkan, sehingga sengatan itu seolah-olah dirasakan sampai ke ulu hati.
Menahan sakit yang luar biasa itu mengakibatkan badan Abu Bakar menggigil dan seluruh tubuhnya gemetar, sehingga Nabi terjaga dari tidurnya. Baru Nabi mengetahui apa yang terjadi. Dengan cepat beliau berusaha mengeluarkan bisa dari ibu jari kaki Abu Bakar serta kemudian mengobatinya dan berdoa, sehingga Abu Bakar sembuh.
Orang-orang musyrik Quraisy merasa kecewa dan menyesal luar biasa, setelah diketahui bahwa Nabi lolos dari kepungan mereka. Mereka tidak lagi berpikir terhadap Ali yang sedang tidur menggantikan Nabi. Pikiran mereka hanya tertuju pada “Muhammad telah lolos dan harus dikejar sampai ketemu”. Dengan demikian Ali pun selamat dan besok harinya beliau melaksanakan apa yang dipesankan oleh Nabi saw. Orang-orang musyrik Quraisy terus mencari Nabi, dengan menggunakan ahli-ahli jejak padang pasir, sampai kemudian mendekati Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar.
Mulanya mereka mengira Nabi bersembunyi di gua itu, tetapi setelah mereka melihat di mulut gua itu terdapat sarang laba-laba, di sampingnya ada dua ekor burung dara sedang mengerami telurnya dan ada dahan-dahan pohon yang menutup lubang gua itu, mereka yakin gua itu tidak mungkin ada penghuninya. Mereka terlampau percaya terhadap perhitungan rasionya, sehingga berkeyakinan demikian. Sebenarnya pada saat orang-orang Quraisy itu naik ke Bukit Tsur dan mengamati gua itu, saat itu merupakan detik-detik yang menegangkan. Abu Bakar melihat kaki-kaki mereka, sehingga beliau berbisik kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, sekiranya mereka melihat ke bawah telapak kakinya, pasti akan melihat kami”. Nabi Menjawab: “Wahai Abu Bakar apa yang kamu kira bahwa kita ini hanya berdua; ketahuilah, yang ketiganya adalah Allah yang melindungi kita”. Itulah menunjukkan bahwa Nabi selalu dalam perlindungan-Nya. Itu juga kenangan di Gua Tsur, yang mencekam dan menegangkan. Hari-hari berikutnya, dirasakan agak lega, tidak begitu mengkhawatirkan. Peristiwa itu diabadikan dalam QS al-Taubah: 40, sebagai berikut:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (Jikalau kamu tidak menolongnya, Muhammad, maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, yaitu: ketika orang-orang kafir, musyrikin Mekah, mengeluarkannya dari Mekah sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kami". Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.") Setelah tiga hari berada di Gua Tsur, Nabi saw. dan Abu Bakar pergi berhijrah ke Madinah dengan mengendarai dua ekor unta yang telah disiapkan Abu Bakar. Segala persiapan dan bekal untuk perjalanan telah disiapkan oleh Asma’ dan Aisyah, kakak beradik puteri Abu Bakar yang sangat setia membela Nabi. Selain menyediakan dua ekor unta, Abu Bakar menyiapkan uang sebanyak lima sampai enam ribu dirham. Itulah sisa kekayaan yang dimilikinya. (Said Ramadhan, Fiqh al-Sirah, hal. 83). Perjalanan Nabi dan Abu Bakar melewati jalan yang sulit yang tidak bisa dilalui orang, untuk menghindari pengawasan kaum musyrikin Quraisy. Para sahabat Nabi yang lain berhijrah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar ibn al-Khattab, seorang pahlawan yang dijuluki Singa Padang Pasir. Umar ibn al-Khattab, setelah mengetahui para sahabat Nabi berhijrah langsung menghunus pedangnya mengumumkan kepada orang-orang Quraisy bahwa beliau akan berhijrah. Setelah melakukan shalat dua rakaat di Masjid al-Haram beliau berangkat dan tidak ada seorang pun yang berani mengganggu. Ali bin Abi Thalib, setelah menyelesaikan amanatnya, berhijrah dengan berjalan kaki. Di siang hari yang panas menyengat beliau bersembunyi di balik gunung-gunung batu. Malam harinya melakukan perjalanan, sampai berjumpa dengan Nabi di Quba, kota kecil dekat Madinah. Di sanalah Nabi dan para sahabatnya membangun masjid yang pertama kali, dinamai masjid Quba. (bersambung)
Wasalam, Kompleks GPM, 22 Agustus 2024