Gambar FOOTNOTE HISTORIS: KISAH SYAIH BIL MAKRUFI DAN DARAMATASIAH (2)

Dalam studi Alquran di PPs UIN Syarif Hisayatulah Jakarta dibimbing oleh Prof Dr. H.M. Quraish Syihab, M.A. sekitar tahun 1987-an dikatakan bahwa kisah itu terbagi tiga:
1. Qishatun tarikhiyah atau kisahtun waqiah, kisah yang benar-benar terjadi.
2. Qishatun tamsiliyah atau kisah perumpamanan, yaitu untuk memperjelas suatu pengertian. Peristiwa itu tidak perlu benar-benar terjadi,tetapi  cukup perkiraan atau fiksi semata-mata.
3. Qishaun usturiyah atau kisah lagendaris, yaitu kisah yang didasarkan pada satire. Pada umumnya, kisah semacam ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan ilmiah dan menafsirkan gejalah-gejalah yang ada atau menguraikan suatu persoalan yang sukar diterima akal,

Tahun 60-an kisah Syaih bil Makrufi dan Daramatasyiah sangat melagennda di kampung. Kisah ini begitu tersebar luas di tengah masyarakat, semasih saya anak-anak. Kisah ini berisi ketundukan seorang isteri pada suaminya. Hanya dengan memotong rambutnya demi untuk dijadikan sumbuh agar kampu tempel bertambah terang untuk makan suaminya, tujuanya baik tetapi karena tanpa lebih dahulu ada izin pada suaminya, membuatnya ia dipersalahkan.

Kisah ini sengaja diangkat kembali untuk mengenang peristiwa-peristiwa masa lalu sebagai pelajaran, yaitu:
1. Sebagai khazanah sejarah tentang kepercayaan yang dianut masyarakat masa lalu. Kisah ini sebagai penuntun dan pewarisan ethika tentang ketundukan seorang isteri pada suaminya. Ketundukan itu sekali pun dengan niat baik, tetapi dilihat dari perspektif  kekinian sudah tidak berlaku lagi.
2. Kisah ini menunjukkan bahwa di masa itu belum bisa memisahkan antara kisah lagenda atau konten imajinasi dan kisah nyata realitas.
3. Kisah ini sudah tenggelam di tengah masyarakat sesuai kemajuan zaman digantikan oleh produk kisah baru berupa produk siaran tv yang lebih menyita perhatian masyarakat. Sama dengan kisah si maling kundang atau Situ Nurbaya dan kisah masa lalu lainnya.

Wasalam,
Kompleks GPM, 16 Jan. 2024