Gambar FOOTNOTE  HISTORIS: KISAH BERHIKMAH YANG TERTINGGAL

Tidak ada seorang pun sejarawan muslim tak kenal Hasan Basri. Seorang ulama Agung yang hidup di abad klasik. Ulama itu sedang berjalan-jalan mengamati kehidupan umatnya. Di tepi sungai ia melihat seorang pemuda. Di sebelah kananya ada sebuah botol bir dan di sebelah kirinya ada seorang perempuan. Membuat Hasan Basr curiga bahwa pemuda itu seorang penjahat yang tidak benar. 

Dalam waktu hampir bersamaan Hasan Basri juga menyaksikan sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera ia terjun ia untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil ia selamatkan.

Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, Jika engkau memang lebih mulia, tolong selamatkan seorang lagi yang tidak bisa saya selamatkan. Nampaknya, lelaki itu merasakan bahwa ia sedang dicurigai sebagai seorang penjahat. 

Bagaimana pun Hasan al-Basri   tidak sanggup menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu buka kartu padanya. Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak.

Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan merasa lebih baik dari yang lain. Lelaki itu menjawab, Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan. 

Semenjak itu, Hasan al-Basri selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain. Kisah ini kita bisa mengambil pelajaran, 
1. Seorang muslim yang baik,  tidak bisa langsung curiga kepada siapa pun tanpa tabayun lebih dahulu.
2. Di sisi lain, seseorang sebaiknya menghindarkan diri dari perbuatan yang bisa membawa kepada kecurigaan.

Wasalam, 
Kompleks GPM, 5 April 2024