Kesulitan umat Islam Sunni untuk bersatu disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, baik dari segi sejarah, politik, maupun sosial-budaya. Beberapa faktor yang berkontribusi adalah: 1. Perbedaan Interpretasi Agama. Perbedaan interpretasi telah kami uraikan. Baru satu ayat saja sudah menimbulkan interretasi yang berbeda-beda. Meski Sunni memiliki banyak kesamaan dalam keyakinan dasar, ada berbagai mazhab dalam Islam Sunni seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali yang memiliki perbedaan dalam interpretasi hukum Islam (fiqih). Terkadang di antara mereka ada yang anti perbedaan. Pada hal perbedaan adalah sunnatulah sebagai upaya fastabiqul khaerat. Yang dilarang adalah komplik. Bahkan menurut Syekh Yusuf al Qardhawi, "Jika ada orang yang punya cita-cita ingin agar semuanya sama saja, itu adalah mustahil terwujud sebab bertentangan dengan sunnatulah," kata al Qardawi. Karena ada umat tidak ingin berbeda, maka inilah terkadang menimbulkan ketegangan, meskipun secara teologis, mereka masih dianggap berada dalam spektrum sama, yaitu Sunni. 2. Faktor Sejarah dan Politik: Sejarah perpecahan politik, terutama setelah masa Khulafaur Rasyidin, membawa perpecahan yang mendalam. Nabi dalam periode Madinah telah berhasil menyatukan dalam bentuk qabilah ke ukhuwwah Islamiyah. Kekuasaan politik di dunia Islam sering kali terbagi ke dalam dinasti-dinasti dan kerajaan-kerajaan yang bersaing, seperti Abbasiyah, Umayyah, dan Ottoman. Persaingan politik ini membawa dampak jangka panjang terhadap kesatuan umat. 3. Pengaruh Eksternal: Kekuatan asing sering kali terlibat dalam politik dunia Muslim untuk mempertahankan kepentingan mereka sendiri. Hak ini memperburuk ketegangan antara kelompok Sunni. Intervensi Barat, misalnya, di Timur Tengah sering kali menciptakan atau memperparah konflik sektarian. 4. Nasionalisme dan Negara-Bangsa: Pembentukan negara-bangsa pasca-Perang Dunia I dan kolonialisme Eropa telah memperkuat batas-batas geopolitik di antara umat Islam. Nasionalisme di banyak negara Muslim memprioritaskan identitas nasional di atas identitas keagamaan, yang memperdalam fragmentasi. 5. Persaingan Ekonomi dan Sosial: Ada ketidaksetaraan ekonomi di antara negara-negara Muslim, yang memperkuat perbedaan. Negara-negara yang lebih kaya atau berpengaruh seperti Arab Saudi atau Turki mungkin memiliki agenda politik atau keagamaan yang berbeda dari negara-negara Muslim lainnya. 6. Persaingan Kepemimpinan: Dalam dunia Sunni tidak ada satu otoritas pusat yang memiliki legitimasi universal, berbeda dengan otoritas spiritual yang lebih terstruktur dalam komunitas Syiah. Ini membuat setiap negara atau kelompok keagamaan Sunni memiliki klaim atau pendekatan yang berbeda terhadap kepemimpinan umat Islam. Perbedaan-perbedaan ini saling memperkuat sehingga menyulitkan terbentuknya persatuan yang solid di kalangan umat Islam Sunni.
Wasalam, Kompleks GFM, 18 Okt. 2024