Gambar FOOTNOTE HISTORIS: KESALAHAN SETELAH BERLANGSUNG EMPAT ABAD BARU

Suatu masa dalam sejarah Indonesia terjadi dikhotomisasi ilmu pengetahuan terutama di era kolonial. Padahal Islam tidak mengenal dikhotomisasi ilmu pengetahuan. Al Gazali dikenal seorang sufi, namun jika didalami biografinya beliau juga adalah seorang matematekawan. Tetapi sufinya jauh lebih beken di kalangan masyarakat muslim dunia. Ibnu Rusyd seorang filosof padahal juga dikenal sebagai seorang faqih. Bukunya, Bidayatul Mujtahid jadi buku pegangan di PPs Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibn Sina seorang agamawan, dia juga dikenenal seorang dokter dengan bukunya yang masyhur, "Kulliyatul Tibb." Jadi di abad klasik Islam terjadi integrasi ilmu pengetahuan.

 Dimulai dikhotomisasi di masa Galileo Galilie yang menyetujui pendapat Copernisus tentang heliosentris, yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya dan bahwa planet-planet, termasuk Bumi yang mengelilinginya. Pandangan ini berlawanan dengan model geosentris yang mendominasi pandangan dunia gereja pada masa itu. Mereka menyatakan bahwa Bumi adalah pusat tata surya atau geisentric.

Pendapat Galileo ini didukung oleh pengamatannya dengan menggunakan teleskop, di mana ia menemukan bukti seperti empat bulan besar Jupiter yang mengorbit planet tersebut (sekarang dikenal sebagai bulan Galileo), serta fase Venus yang serupa dengan fase Bulan. Semua ini mendukung gagasan bahwa tidak semua benda langit mengorbit Bumi. Pemahaman ini berkontribusi besar pada revolusi ilmiah dan pengakuan bahwa model heliosentris adalah model yang lebih akurat dalam menjelaskan gerakan planet-planet dan benda-benda langit.

Karena Galeleo menentang pandangan gereja, membuatnya dikena hukuman kurungan. Nanti setelah lebih empat abad Galileo meninggal dunia, yaitu tahun 1991 baru gereja mengakui kekeliruannya. Tetapi, pandangan ini sudah terlanjur berpengaruh sampai ke negara-negara kolonial seperti Indonesia. 

Wasalam,
Kompleks GPM, 11 April 2024