Selama setahun di Leiden, negeri Belanda, terutama menyaksikan kehidupan positif anak-anak. Mereka ini saya perhatikan karena merekalah pemilik masa depan. Saya juga melihat kehidupan negatif di sana. Tetapi tidak perlu di ekspos apalagi jika perbedaan itu timbul karena dampak dari perbedaan kehidupan sosial budaya yang dianut. Ada yang di Indonesia diharamkan untuk diamalkan, sedang mereka sudah biasa laksanakan dan menjadi suatu yang dihalalkan dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti kemana pun pergi selalu jadi pemandangan umum orang berciuman antara lawan jenis. Di Amsterdam orang perlu lebih berhati-hati sebab di sana bebas diperjualbelikan narkoba. Karena itu, saya sengaja mensharing kehidupan positif saja, sehingga bisa menjadi milik bersama dan dinikmati bersama. Saya pikir sayang dan sangat egois rasanya jika pengalaman indah ini hanya menjadi milik pribadi dan dinikmati sendiri. Karena perbedaan budaya itu, maka saya merekomendasikan bagi orang yang ingin melanjutkan studi ke Barat sebaiknya nanti masuk studi di Pascasarjana karena mereka dianggap sudah dewasa dan saya percaya tidak terpengaruh lagi yang tidak sejalan dengan sosial budaya atau tidak sejalan agamanya dan kebiasaan yang ada di negaranya.
Inilah beberapa kehidupan positif yang perlu ditiru: 1. Belajar Mandiri sejak masa anak-anak Di negeri "Kincir Angin" Saya pernah bermalam di rumah penduduk setempat dekat Schiphol, yaitu asal Ambon bernama Murni Salampesy, suaminya bernama Mat Tuhamea. Mereka sudah menjadi warga negara Belanda. Suaminya tersebut kerja sebagai tekhnisi di Air Port Schiphol, dekat Amrterdam. Suatu ketika anaknya yang masih duduk di SD meninggalkan rumah, nampaknya ia lupa memadamkan lampu, kemudian ia kembali hanya semata-mata untuk memadamkan lampu. Artinya, ini mungkin, menurut pembaca, hal kecil. Tetapi sangat berguna untuk membentuk masa depan, sebab sejak anak-anak, mereka sudah diajarkan mandiri dan menghemat energi.
2. Dibiasakan membaca sejak anak-anak Suatu waktu saya naik bus dari Amsterdam menuju Leiden di samping tempat duduk saya ada seorang anak diperkirakan masih duduk di bangku SD. Dia asyik membaca buku, tetapi karena ingin memperlancar bahasa Belanda, maka saya sengaja ganggu dengan aneka pertanyaan tentu saja dalam bahasa Belanda. Saya perhatikan dia meletakkan bukunya lalu menjawab pertanyaan itu dengan baik. Setelah selesai menjawab dia ambil kembali bukunya. Lalu saya tanya lagi. Secara berulang saya tanya dan secara berulang pula meletakan bukunya lalu menjawab apa yang saya tanyakan dan setelah selesai menjawab dia meneruskan bacaanya. Pertanyaannya, kenapa kebiasaan membaca ini tidak terjadi pada masa anak-anak Indonesia, sedang kita yang mayoritas muslim kebiasaan ini tidak terjadi? Pada hal, sebagai diajarkan oleh para ulama bahwa kitalah sebagai muslim yang dapat wahyu iqra' atau membaca. Tidak heran, jika di medsos tertulis bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 atau negara yang lebih 100 negara, nomor dua dari bawah. Masyarakat Indonesia rata-rata membaca 0-1 buku setiap tahun. Berbeda dengan warga negara Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku setahun, sedangkan warga Jepang 10-15 buku setahun. Sedang mereka seperti ditahui bahwa keduanya negara ini tidak pernah dapat wahyu iqra' alias negara non muslim.
3. Baru-Baru ini dimuat di media sosial bahwa Lembaga Pemasyarakatan (LP) mereka nyaris kosong. Sehingga mereka meminport nara pidana dari negeri jiran, karena jika tidak meminport mereka akan rugi, karena banyak ruangan yang kosong melompong. Hal ini sebagai dampak dari pendidikan kejujuran sejak masa anak-anak. Mereka sejak masa anak-anak sudah diajarkan larangan menciplak di kelas. Seorang guru kelas akan malu rasanya jika ketahuan ada muridnya yang meniru di kelas. Akibatnya, berpengaruh sampai dewasa karena kejujuran diajarkan sejak anak-anak terbawa sampai dewasa. Akibatnya, berdampak sampai besar dan pada LP mereka yang nyaris kosong membuat nara pidana penjara mereka perlu memimport dari negara tetangga. Bandingkan LP di Indonesia, menurut laporan mantan Menhumkam ke DPR RI bahwa LP di Indonesia, rata-rata over capasitiy. Bagaimana tidak, sebab tidak ada yang bisa lagi diteladani. Ketua KPK seharusnya jadi teladan, tetapi masih saja bermasalah, menerima sogokan. Dia seharusnya jadi garda terdepan tentang rasuah, justru yang terjadi sebaliknya.
4. Menghargai waktu Di Belanda, jika kita ke stasiun bus atau kereta api akan melihat pemandangan bahwa mobil keluar-masuk di stasiun tepat waktu, baik masih kosong atau penuh penumpang. Di halte bus, seperti dipertontonkan di tv, orang berlari-lari mengejar bus karena mobil datang secara on time. Setiap halte, seperti saya saksikan sendiri, di halte tertempel jadwal kedatangan bus. Jika ingin ke dokter berobat harus menelpone lebih dahulu untuk membuat asprak (perjanjian). Jika Anda datang sesuai asprak, misalnya jam 7.30 tepat. Anda langsung dilayani sebab itu adalah waktu Anda. Jadi waktu tidak terbuang sia-sia. Tetapi jika Anda datang terlambat sedikit saja, kemungkinan anda tidak akan dilayani karena menyalahi komitmen, lagi pula Anda sudah mengambil waktu orang lain yang sudah punya asprak sebelumnya. Pertanyaannya, siapa yang lebih islamy? Artinya, memiliki sifat Islam. Tidak heran ketika Tahtawi ketika ke Francis studi selama enam tahun beliau berkata setelah tiba di negerinya, Mesir: رأيت هناك (اي في فرانس) الإسلام بلا مسلين ورأيت في مصرى المسلمين بلا اسلام (Saya menyaksikan di sana atau di Prancis pengamalan Islam dalam kehidupan sosial seperti menghargai waktu, tetapi ia tidak muslim, karena belum bersahadat. Tetapi saya melihat di Mesir muslim tetapi belum Islam karena belum mengamalkan ajaran sosial Islam. Jadi menurut artikel ini lebih baik seseorang muslimin sekaligus juga Islam. Pendapat ini dikutip dari seorang dosen Mesir, bernama Uzt. Tulbah, yang pernah bertugas di UIN Alauddin sekitar tahun 1975. Beliau sendiri menuliskan dalam deary saya. Kita juga selalu diajarkan sebuah fatwa atau kata hikmah berbunyi: الوقت كالصيف اذا لم تقتع قتعك
Notes: 1. Islam=kata benda yang artinya agama Islam 2. Islamy= kata sifat, yaitu mrk bersifat Islam. 3. Muslimin=orang yang beragama Islam yang ditandai dengan syahadat atau pengakuan
Wasalam, Kompleks GPM, 27 Agustus 2024