Hidup ini sekali-sekali butuh satai dengan mengenang kisah masa lalu di masa anak-anak. Melalui WA ini saya telah pernah mendudukan kembali kisah-kisah masa lalu, seperti kisah Daramatasiah, Saehabil Makruf, dan gambar lukisan buraq, kendaraan Nabi yang dipakai dalam perjalanan Israk Miraj. Semua itu kisah masa lalu yang sangat digemari masyarakat di awal tahun 1960-an yang semuanya dipersepsikan sebagai kisah nyata. Belakangan diketahui setelah diteliti ternyata termasuk kisah imajiner. Kisah Daramatasiah dan Saehabil Maruf begitu populer di kampung tempo doeloe malah diangngap berasal dari agama. Pada saat diteliti di ensiklopedia dan geoglee ternyata tidak tercatat bahkan dikatakan kemungkinan kisah itu tidak hanya dikenal pada daerah tertentu. Dengan demikian, saya kelompokan sebagai sebuah kisah imajiner. Di sini hebatnya manusia tempo doeloe yang mampu menciptakan kisah imajiner sehingga dianggap sebuah kisah yang sesungguhnya. Di tahun 1960-an ke man pun pergi di sudut kampung selalu terdengar kisah itu dibawakan di rumah-rumah penduduk saat itu.
Demikian pula gambar Buraq, semua rumah tidak lengkap jika tidak didapati lukisan Buraq, dalam hal ini berkelindang antara tradisi dan agama. Padahal Buraq adalah binatang ghaib. Menurut definisi Islam bahwa sesuatu yang gaib tidak bisa dilukiskan dan tidak dapat dipandang serta tidak bisa terdengar di telingah serta tak bisa terlintas dalam hati. Dalam pelajaran tauhid diajarkan bahwa yang ghaib itu adalah: مالا عين رأت ومالااذن سمعت ومالا خطرت على قلب بشر (Tidak bisa dilihat mata, tidak bisa terdengar oleh telin̈gah dan tidak bisa terlintas dalam pikiran). Sama halnya dengan film Tarzan sebuah kisah imajener atau bukan kisah nyata. Walau demikian film sangat mempengaruhi di masa kanak-kanak. Kali ini saya kembali berkisah tentang Tarzan. Paling suka nonton saat itu, yaitu pada akhir tahun 1959-an atau awal tahun 1960-an. Saat itu saya masih umur SR. Memang sedang gemar-gemarnya nonton layar tancap di lapangan terbuka di pasar pada malam hari. Sekali pun Paman saya yang ulama itu melarangnya dan menganggap lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Tetapi sebagai anak-anak terkadang sembunyi-sembunyi pergi menontonnya. Sebagai anak-anak yang tak punya uang, sehingga nonton film gratis menjadi sebuah kegemaran, apalagi umur itu adalah masa pencaharian. Film Tarzan sekali pun diulang-ulangi dan sekali pun white-bleck tapi nampaknya tidak membosankan. Terkadang sambil main duhulu dengan teman-teman sebaya sesudah itu baru nonton film, sesudah itu langsung pulang ke rumah untuk tidur tanpa mandi lebih dahulu. Itulah kebiasaan di kampung tempo doeloe.
Barulah setelah dewasa mulai terkenang dan berpikir kembali tentang masa lalu itu. Mulai pula mencari tahu, apakah Tarzan seorang pribadi sungguhan atau tokoh imajener? Saya mulai mencari tahu lewat ensiklopedia dan buku-buku sejarah lainnya. Hasil bacaan ternyata berbeda sama sekali yang saya persepsikan selama ini. Untuk lengkapnya dapat dibaca sebagai berikut:
"Tarzan adalah tokoh fiksi, bukan manusia nyata atau yang sesungguhnya, ia sengaja diciptakan oleh penulis Amerika, Edgar Rice Burroughs, pada tahun 1912. Pertama kali muncul dalam novel berjudul Tarzan of the Apes. Ceritanya berkisar pada seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh kera di hutan belantara Afrika setelah orang tuanya meninggal. Tarzan kemudian tumbuh menjadi seorang pria yang memiliki kemampuan luar biasa untuk berkomunikasi dengan hewan dan hidup di alam liar.
Karakter Tarzan inilah menjadi sangat populer sampai ke plosok kampung dan diadaptasi ke berbagai media, termasuk film, serial televisi, komik, dan kartun, terutama pada era tahun 1930-an hingga 1960-an. Meski kisahnya sering kali terlihat dalam realistis sebagai tokoh petualang, Tarzan sepenuhnya merupakan karakter fiksi dan bukan berdasarkan pada individu nyata."
Jadi, Tarzan yang populer di tahun 1960-an sebagai tokoh film, bukan pribadi nyata. Mungkin masih banyak lagi kisah yang sama selama ini dipersepsikan sebagai kisah nyata padahal justru setelah dipelajari ternyata kisah imajinaer. Ketika kuliah di PPs Syarif Hidayatullah Harun Nasution berpandangan Abdullah bin Sabah dikenal sebagai tokoh fiktif. Taha Husein juga berpandangan demikin. Sebab di manapun orang ini ditemukan sebagai tokoh yang mewakili kelompok munafik. Silahkan baca artikel berikutnya! Berjudul Abdullah bin Sabah tokoh fiktif dan pemeran orang munafik.
Wasalam, Kompleks GPM, 31 Okt. 2024