Suatu pagi tahun 2002, saya dapat panggilan dari Direktur PPS IAIN Alauddin untuk mendapatkan info bahwa saya termasuk dicalonkan jadi kandidat Direkur PPs IAIN Alauddin. Tetapi waktu itu saya beritahu Ibu Direktur bahwa saya sudah membangun sebuah mesjid di tengah kota jalan Pengayoman. Masjid itu dua tingkat, tingkat I untuk perwakilan Paramadina dari Jakarta dan tingkat II untuk berjamaah. Saya ingin membentuk perwakilan Paramadina, milik Nurchalish Madjid dari Jakarta. Pembangunan masjid itu dapat sponsor dari seorang konglomerat Makassar. Tetapi almarhum Andi Rasdianh bilang, "dtunda dahulu program itu" kata beliau. Sehingga tertunda sampai sekarang. Saya telah terbiasa aktif mengurus kajian sebelumnya, seperti kajian Aqsha.
Nampaknya banyak orang yang mengincar jabatan sebagai Direktur. Di antaranya Prof. Dr. Radhi al Hafiz. Suatu ketika beliau mendatangi kantor saya dan bicara bahwa lebih baik saya didahulukan dengan alasan dia lebih senior, "Nanti saya angkat Sdr. sebagai Asdir I", kata beliau. Saya jawab, "Terimah kasih, hanya sudah terlanjur mendaftar dan sudah ada pendukung, maka lebih baik jika dibuatkan aturan bahwa saya tidak memenuhi persyaratan, bagi saya tidak sulit bagi Prof. Bukankah Prof. sebagai sekretaris senat ?," jawab saya. Tetapi beliau menjawab, "jika itu dilakukan agak susa, karena yang dikehendaki Andi Rasdiyanah adalah Anda." Sambil menunjuk pada ruangan Andi Rasdiyanah.
Sampai pada hari pemilihan. Tidak ada lagi pembicaraan dengan Prof. Radhi. Ternyata suara saya yang terbanyak di senator. Berkat bantuan mayoritas anggota senat. Mereka inilah yang menurut saya bersepakat menunjuk saya bahwa perlu membantu saya di PPs adalah orang terbaik tanpa berpikir sektarian yang selama ini selalu menghantui. Untuk membantu sebagai Asdir saya memperhatikam kenyataan sosial yang ada dengan menghindari pertimbangan sektarian. Maka sebagai Asdir I Dr. Qasim Mathar dari Muhammadiyah. Sebagai asdir II dari Dr. Mahammadiyah Amin dari NU. Sebagai Ketua Prodi Prof. Dr. Andi Rasdianah. Ketua Penjaminan Mutu Prof. Dr. Saleh A. Putuhena.
Saya bersyukur sebab pada pembukaan S3, Menteri Agama hadir1. Saya berusaha memajukan lembaga ini dengan menjadikan yang terbaik. Dan menjadi dosen bahkan sebagian direrut dari Jakartai, seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Dr. Adil al-Munawwar dan mungkin periode saya paling banyak kuliah umum, baik dalam atau luar negeri, seperti kerjasama beberapa Universitas Australia, Belanda, dan Amerika Serikat. Bahkan mulai periode saya, ada mahasiswa beragama Kristen diterima bahkan perbedaan paham keagamaan tidak jadi persoalan, seperti K.H. Jalaluddin Rakhmat dari Syiah resmi mendaftar sebagai mahasiswa. Sebab menurut peraturan Depdikbud bahwa tidak boleh ada diskriminasi dalam penerimaan mahasiswa. Walaupun ada protes dari kelompok extrim. Justru jika protes itu dipenuhi justru kami sebagai pengelalola akan disalahkan. Kami juga sudah tanyakan langsung pada Menteri Agama R kebijakan inI, justru kami dibenarkan dan yang disalahkan adalah. Ÿ4ae kelompok ekstrim yang tidak setuju.
Wasalam, Kompleks GPM, 24 Juni 2024