Salah satu tempat menimbah ilmu yang tidak terlupakan adalah di Pesantren Nuhiyah Pambusunag. Sebelum terbentuknya Pesantren Nuhiyah tahun 1967. Lebih dahulu di Madrasah Diniah yang paralel dengan Sekolah Rakyat. Kebanyakan teman yang sebaya, menghabiskan waktunya pagi hari di SR, mengaji al Quran di siang hari, di sore hari melanjutkan di madrasah Diniah dan pengajian kitab kuning antara magrib dan Isya.
Suasana inilah yang mempengaruhi saya ketika masa kanak-kanak. Ada rahmat yang tak terduga ketika keluar SR terutama ketika terjadi Gempa bumi tektonik tahun 1967. Di sinilah pertama kali didirikan Stanawiah Pasantren Nuhiyah dipimpin oleh Sayyid Mutahar sebagai direktur. Bersama dengan keluarga KH abd. Rahman Fattah, bersama K.H. Syauqaddin Gani, dan dibantu oleh banyak kiyai muda.
Metode belajar disesuaikan dengan suasana yang sederhana. Murid angkatan pertama sekitar 20 orang. Jika tidak ada dosen kami main keleren dan tallu-tallu menandakan bahwa kita tidak terlalu serius dan pakaian pun hanya pakai sarung tanpa pakai songkok sebagai seragam. Tetapi kami pun bisa selesai sesuai waktu. Di masa kamilah pesantren ini dapat bantuan bangunan dari Arab Saudi sekitar 100 juta. Uang sebanyak itu termasuk banyak tahun 1967, membuat pembangunan pesantren beberapa lokal sebelah utara desa bisa terbangun dengan bantuan tanah dari seorang konglomerasi yang berasal dari kampung ini juga dan bermukim di kota Makassar bernama Andi H Zainuddin yang sengaja turun ke kampung untuk menyerahkan bantuan itu. Di sanalah bangunan Pesantren Nuhiyah sekarang berdiri dengan megah. Saya hampir hafal karena turut hadir sebagai saksi mata ketika peletakan batu pertama. Dan yang membangun adalah putra asli kelahiran desa ini, tidak menggunakan orang luar.
Wassalam, Kompleks GPM, 27 Juni 2024