K.H. Muhammad Asad seorang ulama Bugis yang beken. Beliau terkenal karena ia seorang bukan sekedar ulama safawiah (pembacara) tetapi ia juga seorang ulama kitabah (penulis). Sayangnya ia membatasi tulisannya dalam bahasa Bugis dan itu pun terbatas dalam khotbah.
Berbeda dengan Prof. Dr. Abdul Karim Amrullah yang sering disingkat Hamka. Beliau menulis dalam bahasa Indonesia sebagai asal bahasa Melayu. Ia meninggalkan sejumlah 119 tulisan buku, selain artikel yang tersebar luas di koran dan majalah. Karena itu beliau terkenal sampai di negara Jirang (Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam).
Syekh Yusuf al Makassary, menurut hasil penelitian Prof. Dr. Nabila Lubis di tiga benua seperti di Erapa, Belanda atau di Leiden University, di Afrika Selatan atau Cap Town, dan di Asia atau di Banten dan di Makassar. Prof. Nabila menurut hasil penelitian bahwa Syekh Yusuf telah meninggalkan 23 tulisan yang semuanya dalam bahasa Arab. Tetapi bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab tempoh doelue. Nabila memang meneliti penggunaan bahasa yang dipakai Syekh Yusuf. Itu sebabnya Syeckh Yusuf al Makassary dikenal bukan hanya di Nusantara juga sampai di negeri Arab.
Dengan alasan itu, saya menghubungi via telepon Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, MA. Memotivasi beliau agar segera menerjemahkan Tafsir al Misbah ke dalam bahasa Internasional (Arab) agar dikenal lebih meluas lagi. Penerjemahan dalam bahasa Arab bukan sesuatu yang sulit bagi beliau, sehab beliau pernah bermukim bahkan jadi duta besar yang erkuasa penuh Indonesia di Kairo, Mesir.
Wasalam, Kompleks GPM, 14 Juni 2024