Gambar FOOTNITE HISTORIS: ISLAM DAN PKI PERSPEKTIF SEJARAH SULAWESI SELATAN  (2)

Ternyata jaringan komunis di Indonesia berbeda di satu provinsi dengan provinsi lain. Di Pulau Jawa memiliki jaringan yang sangat intensif dibandingkan di Sulawesi  Sekalipun seluruh Indonesia perolehan suara PKI nomor empat setelah PNI, Masyqumi, dan NU, bahkan komunis di Indonesia termasuk negara nomor tiga paling banyak pengikutnya di dunia setelah RRC dan Uni Soviet dilihat dari hasil pemilu pertama 1955.

Di Indonesia banyak umat Islam masuk menjadi anggota partai Komunis bahkan seperti telah dikemukakan di pertengahan pertama abad ke-20 Partai Syarikat Islam disusupi paham Komunis. Pengaruh Komunis lewat tokoh-tokoh muda seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan Syarikat Islam pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto, dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme. Nanti setelah tahun 1921 baru dilakukan penegakan disiplin partai oleh Abd. Muis dan Agus Salim. Mudahnya penyusupan terjadi karena memiliki common enemy atau musuh bersama, yaitu kolonialisme dan kemiskinan. DN Aidit pun sebagai Ketua Umum PKI adalah tokoh yang berlatar belakang keluarga ulama di Sumatera.

Wasalam,
Kompleks GPM, 4 April 2024p

FOOTNOTE HISTORIS:
ISLAM DAN PKI PERSPEKTIF SEJARAH SULAWESI SELATAN  (2)
by Ahmad M. Sewang


Di Provinsi Sulawesi PKI agak sulit berkembang, sekalipun para pengurusnya banyak muslim awam bahkan ada yang bergelar sayyid (mengaku keturunan Nabi saw.) Pengurus untuk Komite Wilayah Sulawesi dan Maluku adalah Anwar Kadir dan Aminuddin Muchlis yang berpusat di Jln. Sungai Limboto, sedang di Komite Baaenu yang didirikan 15 Pebruari 1954 di bawah kepengurusan para Sayyid, yaitu Sayyid Sakaratuan, Sayyid Djalaluddin, dan Sayyid Muhammad MA.

Menurut Soekarnno, ketika di Surabaya beliau kos di rumah HOS Tjokroaminonoto dan berkenalan dengan Tjokrominito dari sinilah beliau dikenalkan ungkapan sangat masyhur, "Als je een goede leider wilt worden, schrijf en als een journalist en spreek als een redenaar."
(Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator)."
Pesan Tjokroaminoto disampaikan pada murid-muridnya yang datang menimbah ilmu di rumahnya di Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya. Rumah itu adalah rumah kos para pemuda, sekaligus juga dijadikan tempat pengkaderan kebangsaan dalam menuju Indonesia merdeka. Murid yang dikader, seperti Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, Darsono bahkan Tan Malaka. Mereka kelak inilah jadi pemimpin bangsa. Karena itu beliau dikenal sebagai Bapak Bangsa. Pesan pendek dari Tjokroaminoto di atas membius murid-muridnya. Soekarno pun termotivasi, pada suatu malam berteriak-teriak belajar berpidato, membuat kawan-kawannya di rumah kos merasa terganggu. Tetapi saat mereka bangun mencari datangnya suara yang nengganggu itu, mereka menyaksikan Soekarno sedang mengayun-ayunkan tangannya di depan cermin praktek berpidato, membuat Muso, Alimin, Kartosuwiryo, Darsono, dan lainnya, mulanya ingin marah, namun berbalik jadi tertawa lucu setelah menyaksikan ulah Soekarno. Memang, murid Tjokroaminoto yang paling disayang adalah Soekarno hingga ia rela menikahkan anaknya, Siti Oetari, sebagai istri pertama Soekarno. Itulah kisah yang pernah dikisahkan Muh. Darwis Hamsah yang tidak bisa saya lupakan walau sudah berlalu hampir setengah abad silam. Terima kasih  memotivasi ini agar bisa jadi penulis dan orator yang baik. Walau ekpektasi ini terlalu tinggi bagi saya sehingga sulit  terwujud dalam kenyataan. "Engkau telah pergi selamanya tetapi kebaikanmu tetap dikenang bak bunga melati yang semerbak dan tetap dirasakan wanginya bagi orang yang memiliki kepekaan penciuman. Akhirnya, saya simpulkan,
You Are a leider and the Real Autodidact," Itulah salah satu doa saya pada a

 Prof. Dr. Nurchalis Madjid berpendapat bahwa pemikiran Islam Soekarno, pertama kali didapat ketika  menimbah ilmu di rumah kos HOS Tjokroaminoto di Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya. Rjumah kos itu, sekaligus juga dijadikan tempat pengkaderan kebangsaan dalam menuju Indonesia merdeka. Murid yang dikader, seperti Semaoen, Alimin, Muso (dikemudian hari jadi pemimpin PKI),  Kartosuwiryo (kelak menjadi pemimpin DI TII), Soekarno, Darsono bahkan Tan Malaka.
Mereka kelak inilah jadi para pemimpin bangsa. Murid Tjokroaminoto yang paling disayang adalah Soekarno hinggapp ia rela menikahkan anaknya, Siti Oetari, sebagai istri pertama Soekarno.

Dari sini dikenal bahwa HOS Tjokraminoto adalahl sebagai Bapak Bangsa. Nurcholish Madjid berpendapat di sinilah Soekarno belajar Islam tetapi di sini pula belajar pemikiran Nasionalis dan Marxisme. Namun Soekarno bagai orang yang haus ilmu pengetahuan. Khusus untuk pemikiran Islam banyak sekali tempat berguru, seperti Ahmad Hasan. Beliau juga banyak membaca buku-buku dari luar negeri, baik dalam bahasa Belanda dan Inggris. Dari sini Soekarno banyak membaca pikiran Qasim Amin, Muhammad Abduh, dan Jamaluddin al-Afgani.

Wasalam, 
Kompleks GPM. 4 April 2024