Islam agama universal mengandung banyak simbol ritual namun bukan agama simbolik tapi sering menjadi simbol identitas politik sebagai medium oleh para politisi untuk meningkatkan citra diri dan mengaduk aduk perasaan emosi pemilih umat Islam dan masyarakat untuk menunjukkan sosok yang terlihat religius, menempatkan diri sebagai pigur yang beriman , soleh secara sosial simbollik, taat beragama, sebab pigur agamawan yang soleh di mata masyarakat Indonesia di nilai sosok orang baik, peduli dan dekat dengan rakyat yang mayoritas pemilih umat Islam Indonesia. Tidak sulit kita menemukan sosok Islam simbolik di Indonesia, biasanya muncul ketika menjelan PILKADA, pemilihan DPR dan DPRD atau PEMILU Presiden, di sana terlihat jelas tiba tiba ada banyak sosok yang semakin terlihat islami, yang tadinya elergi pakai jilbab atau kerudung islami tiba tiba terlihat cantik dengan kerudung islaminya, begitupun pigur lelakinya terlihat rajin pakai sorban, pakai kopia, selfi saat shalat berjamaah bahkan berani jadi Imam pimpin shalat berjamaah walau shalat luhur atau Ashar tanpa bunyi yang penting bukti fotonya yang meyakinkan. Islam Simbolik juga sering kita lihat pada diri para koruptor atau pelanggar hukum yang tadinya tidak pakai kerudung begitu di persidangan “subhanallah “ terlihat seperti wanita muslimah dengan jilbab besar atau songkok hitam atau putih lengkap serban dengan baju kokohnya. Islam simbolik juga mudah kita jumpai di layar televisi saat bulan ramadhan tiba, para artis tambah cantik dengan kerudungnya, lihatlah dengan baik kostum apa yang dipakai sebelum dan sesudah ramadhan dan banyak lagi realitas sosial keagamaan di sekitar lingkungan terdekat kita. Jika kita meminjam pemikiran tokoh pemikir Islam sosial Dr Kuntowijoyo nampak jelas bahwa Islam simbolik lahir dari eksistensi Islam yang mempunyai fungsi normatif terhadap politik dan bahkan mengarah pada politisasi simbol agama. Islam itu mulia namun terkadang tertutupi oleh perilaku buruk dari penganutnya, ajaran Islam itu sangat mulia tetapi banyak pengikutnya salah menafsirkannya, demikian percikan ide dari tokoh pemikir Islam dunia Muhammad Abduh bahwa kebesaran Islam tertutupi oleh tingkah laku yang menyimpang dari nilai sibtantif ajarannya para umatnya. Jadi Islam tak boleh sekedar pemanis kehidupan, hanya sekedar jembatan relasi manusia dengan Allah melalui ritual ritual ibadah tetapi Islam hadir memberikan solusi keselamatan dan kesejahteraan lahir bathin dunia sampai akhirat. Sehingga untuk mencapai kesempurnaan berislam tidak cukup dengan Islam simbolik tapi yang terpenting bagaimana menghadirkan Islam subtabtif yakni memberikan pemahaman nilai Islam dalam gerakan sosial Islam yang diharapkan lahirnya tradisi nilai Islam yang mampu melahirkan perubahan dan peradaban. Islam yang diharapkan menjadi Islam yang membumi dan nilai nilainya mentradisi dalam praktek kehidupan keseharian, agama yang membawa Rahmat yang difungsikan mengatur tatanan sosial budaya dan dalam bernegara sekalipun Indonesia bukan negara Agama tapi negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Wslm