Gambar FATH BIN SYUKHRUF: Tahan Lidah!

Fath bin Syukhruf menulis pada pintu rumahnya ungkapan berikut ini: Allah merahmati orang mati yang masuk menemui orang mati ini, sehingga tidaklah orang mati itu menyebut Orang-orang mati  di sisi orang mati ini kecuali dengan kebaikan. 

Sebuah peringatan puncak dalam keindahan, penegasan, serta ketajaman, 

yang memperingati setiap pengunjungnya agar tidak menggibah siapa pun di hadapannya, 

karena kita semua adalah orang-orang mati anak orang-orang mati. 

Maka, untuk apa orang mati menyakiti orang mati! " 

Betapa indah dan betapa mengena ilustrasi itu, Engkau dapat mengatakan ungkapan kekaguman apa saja untuk gambaran itu. 

Ketika ayah Penulis—semoga Allah merahmatinya menulis bukunya: Wa al-Maw'id lillah -Kayfa Yufakkiru 
Ahlullah wa Jima Yatahaddatsan (Janji Allah-Bagaimana Para Kekasih Allah Berpikir dan Apa yang Mereka Bicarakan), ia juga berbicara tentang bahasa yang Allah taufikkan kepada para wali-Nya, dengan berkata dalam mukadimahnya: 

Ketahuilah, sungguh kata-kata yang keluar dari bibir mereka benar-benar memiliki ramuan yang unik! 

Pengungkapan puncak tentang ide dan keindahan yang berkilau dalam perangkaian, keduanya merupakan tanda pembeda keistimewaan bagi ucapan dan perkataan mereka. 

Sungguh di balik kata-kata yang mereka lontarkan dalam susunan nan cemerlang terdapat limpahan hikmah yang mendalam dan pengalaman yang penuh. 

Kita benar-benar dibuat kagum! 

Bagaimana hikmah menghampiri mereka dalam sebagian besar gaya bahasa perkataan mereka dengan cemerlang, halus, dan bersinar, padahal mereka bukanlah ahli sastra serta kata dan mereka bukanlah orangorang yang mencurahkan perhatian pada seni ini? 

Bahkan, mereka adalah orang-orang yang ungkapan manis dan menawan mengalir begitu saja ke lidah salah seorang mereka, tetapi ia malah menahan dan mengganti ungkapan itu dengan ungkapan lain yang lusuh dan berantakan untuk mengalau semacam kebanggaan dan godaan yang melintas di benaknya! 

Ya, memang mengherankan bagaimana hikmah mernancar dari dada mereka dalam keindahan unik seperti Ini. 

Akan tetapi, dengan segera keheranan kita akan sirna ketika kita mengerti bahwa mereka tak lain hanya Meminum dari mata air yang tak pernah surut, tempat berbagai pemberian dan anugerah Tuhan kita—yang di. anugerahkan-Nya—memancar kepada siapa yang Dia kehendaki. 
Dan, Dia (memang) memberikan hikmah kepada 
Siapa yang Dia kehendaki!! 

"Umar bin Abdul-'Aziz menulis surat kepada “Umar bin Abdullih bin “Utbah seraya menghiburnya mengenai kematian ayahnya: 

Sesungguhnya kita adalah kaum dari orang-orang akhirat yang (sementara) mendiami dunia, orang-orang 
mati anak dari orang-orang mati. Anehlah, karena itu, orang mati menulis kepada 
orang mati untuk menghibur perihal orang mati. Wasalam. 
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Shufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit..