Ada dua orang bijak di masa lampau yang duduk di masjid. Pada masing-masing tangan mereka terdapat selembar kertas. Pada tangan ahli bijak yang pertama kertas tersebut bertuliskan
“Jika anda sudah berbuat baik mengerjakan segala sesuatu, janganlah menduga anda telah mengerjakan satu hal saja, sampai anda telah mengenal Allah ta’ala dan mengetahui bahwa Dia-lah sebab musabab semuanya dan Dia lebih dulu ada sebelum segala sesuatu itu ada”
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya juz 1 melanjutkan kisahnya: bahwa pada tangan orang bijak kedua lembaran kertas berisikan kalimat:
“Sebelum aku mengenal Allah, aku minum air tapi aku tetap kehausan. Setelah aku mengenal Allah, telah hilang dahagaku tanpa aku harus minum”*
وقد روي أنه رؤي صورة حكيمين من الحكماء المتقدمين في مسجد وفي يد أحدهما رقعة فيها إن أحسنت كل شيء فلا تظنن أنك أحسنت شيئا حتى تعرف الله تعالى وتعلم أنه مسبب الأسباب وموجد الأشياء . وفي يد الآخر كنت قبل أن أعرف الله تعالى أشرب وأظمأ حتى إذا عرفته رويت بلا شرب .
Lewat kisah di atas Imam al-Ghazali hendak mengingatkan kita semua bahwa jangan pernah menyangka semua amalan kita, entah itu shalat, puasa, sedekah dan lainnya, itu bisa kita lakukan tanpa mengenal Allah.
Tidak ada amalan yang bernilai kalau kita tidak memahami bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah.
Syekh Ibn Athoillah pengarang al-Hikam menjelaskan:
"Jika Tuhan hendak menampakkan karuniaNya kepadamu, maka Dia ciptakan amal dan kemudian dinisbatkannya kepadamu”.
Pada lahiriahnya kita yang mengerjakan amal, pada hakikatnya itu semua didahului oleh karunia Allah.
Lantas apa sih yang mau kita sombongkan dengan amalan kita itu? Kita beribadah pun itu bukan semata karena usaha kita tapi karena karuniaNya. Sudahkah kita mengenal Sang Pemberi Karunia?
Pada kertas kedua, Imam al-Ghazali memberikan contoh praktis. Segala dahaga kita di dunia ini, entah berupa popularitas, kemewahan, kenyamanan, kebijaksanaan dan lainnya itu tidak akan terpuaskan selama kita tidak mengenal Allah.
Kita akan selalu haus dan tidak pernah puas atas apapun yang telah kita “minum”. Tapi kalau kita mengenal Allah, kita akan terpuaskan apa yang kita cari dan kejar selama ini, tanpa perlu “meminumnya”.
Ibn Athaillah: "Di antara tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah berserah diri kepada Allah sejak permulaan".
Maka jangan pernah putus asa akan perjuangan kita selama semua kita lakukan sebagai cara untuk mengenal Allah lebih dekat lagi.
Tabik,
Nadirsyah Hosen