Gambar DOA DAN RENUNGAN DI HARLAH 73


Hari ini, di usia yang kian senja, saya ingin berbagi doa dan renungan.

Bukan doa untuk dunia yang gemerlap,

tetapi doa agar sisa napas yang Allah titipkan dapat bermakna.

Doa ini lahir dari hati, semoga sampai ke hati. 


DOA DAN RENUNGAN SEORANG HAMBA DI UJUNG USIA

Oleh Ahmad M. Sewang


Hari ini, aku memasuki usia senja—73 tahun.

Di titik ini, aku semakin tenggelam dalam doa dan  renungan: paling layak kurenungkan hanyalah hidup bermakna dan doa.

Doa ini pernah diucapkan sahabat sekaligus guruku,

yang telah lebih dahulu Engkau panggil ke hadirat-Mu, Husni Djamaluddin.


Renungan dan doa ini semakin relevan setelah melihat kenyataan sosial bahwa pengurus Pengajian Aqsha yang beken di awal tahun '80-an, tinggal dua orang tersisa: Prof. Dr. Amiruddin Aliah dan aku sendiri. Semua sudah dipanggil ke sisi-Nya.


Tuhan,

aku mulai malu meminta lagi yang bersifat duniawi pada-Mu,

sebab tak terhitung nikmat telah Engkau anugerahkan padaku.

Aku khawatir Engkau meniliku sebagai hamba egois, tak tahu diri di hadapan kasih-Mu.


Jika Engkau masih meminjamkan napas,

jadikanlah aku alat untuk menulis dengan tulus.

Jika Engkau memberi umur, walau sekejap,

jadikanlah itu waktu untuk merawat yang rapuh dan retak, sehingga yang nampak adalah persatuan yang utuh.


Aku tak memohon umur panjang,

tetapi umur yang penuh berkah, dan cahaya.

Cukuplah sehari lagi,

asal dapat kuisi dengan menebar arti.


Jika tubuh mulai melemah,

jangan biarkan semangat ini ikut pudar.

Jika pena mulai gemetar,

biarlah ia tetap menulis, walau hanya setakar.


Tuhan,

biarkan aku menutup mata sebagai lilin,

meski kecil, tetap memberi cahaya.

Dan jika Engkau berkenan,

biarlah namaku hidup—bukan karena kemasyhuran,

tetapi karena kata-kata yang menuntun damai.


Terima kasih kepada sahabat, keluarga, dan siapa pun yang berkenan membaca doa ini.

Di usia yang kian rentah, saya hanya berharap Allah menjadikan setiap detik yang tersisa sebagai ladang kebaikan.


Semoga kita semua diberi umur yang bermakna, hati yang lapang, dan akhir yang husnul khatimah. 


Wassalam.

Kompleks GFM, 11 Agustus 2025


Notes:

Sebagai tanda syukur, dalam rangka harlah-ku ke-73 ini, aku bisa melaunching lima buah buku. Kuucapkan ini bukan karena ria, melainkan sebagai doa dan harapan agar adik-adik generasi sesudahku bisa lebih baik dari pada aku. Selain itu juga mengikuti firman-Nya, tentu saja dengan niat bersih:

واما بنعمت ربك فحدث

(Adapun nilmat Tuhanmu, hendaknya kamu sampaikan.)

Sedang buku yang saya launching bersamaan harlahk hari ini, yaitu:

1. Perkambangan Dai dari Masa ke Masa.

2. Menemani Satu Episode Perjalanan Sahabat dan guruku Husni Djamaluddin. Buku ini memasuki cetakan ke dua tahun ini juga. Satu bentuk prosa yang sudah terbit dan satu dalam bentuk puisi masih proses penulisan yang diperkirakan bulan Agustus ini sudah selesai.

3. Peran historis H. Fadli Luran: Kenangan Pemersatu dalam Lirik dan Teladan,

4. Mata Air Ukuwwah Dr. KH Jalaluddin Rakhmat: Puisi Refleksi Seorang Sejarawan,

5. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdianah: Rela Meninggalkan Zona Nyaman Demi Ilmu.


Buku ini sebagian sudah terbit dan sebagian dalam proses di percetakan.