Gambar Diskusi Imam Syafi’I dan Imam Malik soal Rezeki


Salah satu urusan yang cukup pelik dibicarakan adalah soal rezeki. Soalnya banyak orang yang selalu merasa rezekinya kurang.  Ada banyak pendapat mengenai rezeki ini, namun ada dua yang seolah-olah “bertentangan”. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa rezeki sudah ditetapkan dan tidak perlu dicari, cukup bertawakkal kepada Allah maka rezeki akan datang sendiri. Sementara pendapat kedua menyebut rezeki itu harus dicari, diupayakan, sehingga rejeki akan datang tergantung pada upaya kita. 


Mana yang benar dari kedua pendapat tersebut? Salah satunya benar? Atau keduanya benar?


Dalam suatu kisah yang masyhur. Diceritakan Imam Syafi’i berdiskusi dengan gurunya, Imam Malik, tentang masalah rezeki. Imam Malik berpendapat bahwa rezeki itu datang tanpa usaha, cukup bertawakal saja, niscaya Allah akan memberinya rezeki. Imam Malik berkata, “Lakukan apa bagianmu, Allah mengurus yang lainnya.” Imam Malik membacakan hadis Rasulullah: “Andai saja kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan memberi rezeki kepada kalian, sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, di mana ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, pulang sore dalam keadaan kenyang.”


Imam Syafii punya pendapat sebaliknya. “Wahai guru, andai seekor burung tidak keluar dari sarangnya, bagaimana mungkin ia akan mendapat rezeki?” Artinya untuk mendapat rexeki kita perlu bekerja, berusaha. 

***


Setelah keduanya berdiskusi, Imam Syafi’i minta izin keluar berjalan-jalan. Ia kemudian melihat orang-orang sedang memanen anggur di kebun. Sang Imam membantu mereka  dan setelah selesai ia mendapat imbalan beberapa ikat anggur dari pemilik. (Dalam riwayat lain disebutkan Imam Syafi'i membantu seorang pria tua membawa sekantong kurma yang berat ke rumahnya dan diberi beberapa kurma sebagai imbalan).


Setelah mendapatkan  anggur, Imam Syafi’i tersenyum sambil bergegas menemui sang guru Imam Malik. Ia berkata, “Andai saya tidak keluar dari rumah dan tidak bekerja, tentu anggur ini tidak akan sampai ke tangan saya.” 


Mendengar hal tersebut, Imam Malik tersenyum. Ia minta izin mencicipi anggur yang dibawa muridnya. “Hari ini saya tidak keluar rumah, hanya mengajar saja. Karena udara cukup panas saya membayangkan makan anggur enak pelepas dahaga.Untungnya engkau membawakan anggur untukku,” ujarnya tertawa.


Imam Syafi’i pun tertawa mendengar ucapan Imam Malik, ia mengerti apa yang dimaksud gurunya. Kedua Imam Besar itu tertawa sambil menikmati makan anggur. Keduanya ternyata benar soal rezeki yang sering bikin pusing atau pelik  dibicarakan. 

***


Nah pendapat mana yang perlu kita ikuti? Menurut saya jika keyakinan Anda sama dengan Imam Syafi’I (pendiri Mazhab Syafi’i) maka ikutilah pendapat Imam Syafi’i. Jika keyakinan Anda sama dengan Imam Malik (guru Imam Syafi’i dan sekaligus pendiri Mazhab Maliki) maka Anda bisa mengikuti pendapat imam Malik. Atau bisa juga menggabungkan pendapat kedua Imam Besar tersebut yaitu bekerja dan bertawakkal kepada Allah. Asal Anda jangan meninggalkan keduanya ---  tidak bekerja dan juga tidak bertawakkal (bertaqwa) kepada Allah, Anda pasti rugi dan tidak mendapatkan apa-apa. Wallahu a’lam… (MAA)